Keadaan di ruang tamu Reina begitu hening, padahal disana terdapat dua orang berlainan jenis yang sepertinya sama-sama dalam keadaan canggung.
"Emm, jadi lo ngambek kenapa sama Reina?" tanya Aldo mencoba mencairkan suasana.
"Ya gitu, tadi gue tuh lagi curhat malah dianya asik nonton drama dan nggak dengerin gue."
"Ah kebiasaan cewek," desah Aldo. "Terus lo udah nemuin solusi dari permasalahan lo belum?"
Rifa menggeleng pelan. "Belum."
"Semoga lo cepet nemuin solusinya dan semoga solusi itu yang terbaik buat lo." Aldo menepuk-nepuk pelan bahu Rifa.
Gadis itu tersenyum tipis. "Thanks."
"Hei, udah akrab aja kalian." Suara interupsi itu membuat dua orang yang ada disana mengalihkan pandangan ke sosok gadis yang sedang berdiri di tangga terakhir.
"Ck, lu tuh jadi tuan rumah gimana sih? Masa lu nyuguhin minuman bekas lo sih," cibir Aldo. Reina menepuk keningnya pelan, lalu ia memamerkan cengirannya. "Hehehe lupa." Reina langsung ngacir ke dapur untuk menyuguhkan minuman yang baru.
Tak berselang lama, ia kembali dengan teko kaca dan 3 gelas yang ia taruh diatas nampan. Ia menaruhnya diatas meja. "Diminum, Rif."
Rifa mengangguk dengan menyunggingkan senyumnya. "Gue nggak ditawari, Rein?" sindir Aldo.
"Halah nggak gue tawari juga lu pasti minum kan." Reina memutar bola matanya malas dan Aldo malah cengengesan.
Mereka bertiga menghabiskan waktu bersama. Menonton film di kamar Reina, bermain Uno di ruang tamu, bahkan mereka pun bermain monopoli Reina yang masih gadis itu simpan dari kecil.
Mereka bersama hingga langit hampir saja gelap. Rifa memutuskan untuk pulang, Aldo sempat menawari untuk mengantarnya tapi ia tak mau. Setelah kepergian Rifa yang lebih memilih menaiki taksi online, Aldo pun juga memutuskan untuk pulang dengan alasan sebentar lagi maghrib, padahal mah biasanya tuh cowok balik pas bedug adzan.
***
Rifa turun dari taksi dan membuka pagar. Ia melihat keadaan rumahnya yang gelap. Ia menaikkan salah satu alisnya. Kemana semua orang?, batinnya.
Ia mengecek hpnya yang sedari tadi belum ia sentuh. Disana ada satu notifikasi dari mamanya yang mengatakan mama, papa, dan adeknya sedang belanja bulanan. Tapi mana mungkin? Chat itu dikirim sekitar pukul 15.00, sedangkan sekarang pukul 18.00. Ia menghela nafas pelan, pasti adeknya yang ngajak jalan-jalan dulu sebelum pulang.
Ia membuka pintu rumahnya dan menyalakan semua lampu yang ada dirumahnya sehingga membuat rumahnya menjadi terang. Tapi ia sendirian. Ia paling tidak suka sendirian seperti ini.
Rifa berpikir sebentar, memikirkan siapa yang harus ia seret menemani kesepiannya ini. Reina? Rifa menggeleng, tadi saja curhatannya tak digubris sama gadis itu. Aldo? Rifa menimbang-nimbang sebentar, cowok itu tadi memang sempat menawarinya jika ia ada apa-apa, ia bisa mengandalkan cowok itu.
Ia mencari hpnya dan mendial nomer cowok itu. Tak lama, suara itu terdengar.
"Halo."
Rifa menarik nafasnya sebelum bicara. "Halo. Engggggg, lo sibuk nggak?"
"Nggak, gue baru aja selesai sholat. Emang kenapa?"
Diam-diam ia menggigit bibir bawah bagian dalamnya. Ia tak enak untuk meminta ini pada cowok itu. "Gini, keluarga gue kan pada pergi. Gue sendirian."
"Terus?" Diseberang sana Aldo menaikkan sebelah alisnya.
"Lo main ke tempat gue ya. Biar gue ada temen gitu. Lo mau kan?"
"Boleh. 15 ato setengah jam lagi gue sampe sana." Setelah itu Aldo memutuskan sambungan teleponnya dan bersiap untuk ke rumah gadis itu.
***
Aldo beneran menepati janjinya. Ia datang setengah jam setelah Rifa meneleponnya. Saat ini mereka tengah duduk di teras rumah Rifa. Dihadapan mereka juga sudah ada dua gelas jus jeruk dan sepiring martabak yang tadi Aldo beli saat perjalanan menuju rumah Rifa.
"Tumbenan lo nyuruh gue kesini," ucap Aldo memecah keheningan. "Kenapa nggak Reina aja?"
"Gue masih nggak enak aja ganggu dia. Takut juga dia nggak mau nemenin gue."
"Lo yakin gue bakal nemenin lo?"
"Ya, feeling aja. Lo kan tadi nawarin buat bilang kalo gue ada apa-apa bisa bilang ke lo."
"Ah iya." Aldo mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.
"Btw, kita belum kenalan secara resmi walaupun gue udah tau lo karena kita satu sekolah," ucap Rifa. "Gue Rifa." Ia mengulurkan tangannya dan tersenyum hangat.
"Gue Aldo." Cowok itu membalas jabatan tangan Rifa.
"Lo udah temenan sama Reina dari kapan?" tanya Rifa.
"Dari kecil. Dari dia pindah rumah ke sebelah rumah gue. Dari gue yang ngajakin dia kenalan di depan rumahnya dengan dia yang lagi main boneka." Aldo mengenang perkenalannya dengan Reina dulu. Ia mengenang saat ia dulu berkenalan dengan gadis kecil malu-malu untuk menyebutkan namanya. Ia mengenang gadis kecil yang pertama kali mengajaknya bermain boneka.
Aldo terkekeh mengingatnya. "Ternyata udah lama banget ya," ucap Rifa yang dibalas anggukan kepala oleh Aldo.
"Kalo lo kenal Reina gimana?" Kini giliran Aldo yang bertanya.
"Ya gue mah kenalan sama dia pas MOS SMP. Saat itu dia kayak nggak punya temen, dia malas untuk berkenalan makanya gue ngajakin dia kenalan dan ternyata dia anak yang asik."
"Dia emang gitu. Dia malas untuk punya lingkungan baru. Dia terlalu nyaman dengan lingkungan lama." Aldo memang sudah tau kebiasaan Reina yang sudah ada itu sejak kecil, karena dulu pun gadis itu sedikit risih saat berkenalan dengannya. "Dia sahabat gue yang selalu ada."
"Lo pernah nggak sih ada perasaan ke Reina?" Sontak pertanyaan itu meluncur dari bibir Rifa yang membuat cowok disebelahnya menatapnya sambil mengerutkan keningnya.
"Nggak pernah mikirin sih buat jatuh cinta sama dia, lagian gue juga masih punya pacar yang belum gue putusin secara resmi karena udah khianati gue secara terang-terangan."
Jawaban dari Aldo membuat mata Rifa melotot. Ia baru tau Aldo ternyata memiliki seorang kekasih karena sahabatnya Reina tak pernah cerita kepadanya, atau mungkin Reina belum tau.
"Serius lo dikhianati?"
"Iya," jawab Aldo lesu. "Waktu itu gue niatnya mau jemput dia di hari terakhir ujian semester tapi malah gue yang dapet kejutan, gue liat dia gandengan sama cowok yang gue perkirakan seangkatan. Sampe sekarang dia sama sekali belum ngasih alasan, penjelasan, pembelaan atau apapun ke gue."
Rifa menepuk-nepuk bahu Aldo untuk menenangkannya. Ia bisa melihat sorot sedih dari nada bicara cowok itu. Seandainya cowok itu tau bahwa ada seseorang yang mencintainya dari dulu. Seandainya cowok itu menyadari perhatian lebih yang dilakukan oleh sahabatnya, Reina.
Mungkin setelah ini Rifa akan menceritakan apa yang diceritakan Aldo kepada Reina.
***
Fairahmadanti1211
KAMU SEDANG MEMBACA
ReinAldo [COMPLETED]
Teen FictionRank #2 teman rasa pacar [4 Januari 2020] Rank #3 teman rasa pacar [18 Januari 2020] Rank #2 teman rasa pacar [24 Maret 2020] Rank #5 aline [24 Maret 2020] Rank #5 menikung [24 Maret 2020] Rank #9 surya [24 Maret 2020] Rank #7 favorit [21 April 2020...