38. Tak Sesuai Harapan

201 22 2
                                    

Sebelumnya, aku mau minta maaf lahir batin dan selamat merayakan hari raya idul Fitri.

Happy reading

***

Reina melipat mukena dan sajadah, lalu menaruhnya kembali ke tempat semula. Ia baru saja selesai melaksanakan sholat isya.

Ia beranjak menuju kasur dan langsung merebahkan tubuhnya disana. Ia menatap langit-langit kamarnya, memikirkan persahabatan dengan Aldo yang semakin hari semakin renggang. Cowok itu semakin tidak memiliki waktu lagi untuknya, bahkan untuk mendengarkan cerita kesehariannya pun cowok itu tak memiliki waktu.

Saat akhir pekan, saat ia mengajak cowok itu untuk hangout bareng, Aldo malah lebih memilih pergi bersama Keysa. Jujur, Reina sangat rindu kebersamaan yang walaupun hanya sederhana tapi itu sangat memiliki kesan untuknya. Setiap waktu yang ia habiskan bersama cowok itu selalu berkesan untuknya.

Tak sengaja matanya melirik kalender yang berada diatas nakas. Hari ini tanggal 11 Oktober yang artinya besok adalah ulang tahunnya.

Ia berharap nanti disaat jam 12 Aldo akan memberikan kartu ucapan ulang tahun beserta kadonya yang diletakkan di atas nakas sebelah kasurnya seperti ulang tahunnya di tahun-tahun lalu. Hal itu yang membuat Reina tersenyum di pagi saat ia baru membuka mata.

Tahun ini hanya hal itu yang ia harapkan disaat hubungannya seperti ini. Ia tak mengharapkan kejutan perayaan apapun. Bahkan sebuah ucapan ulang tahun dari Aldo saja Reina sudah sangat senang.

Reina menghela nafas berat. Ia memutuskan untuk tidur saja daripada mengharapkan sesuatu yang mungkin nggak terjadi untuk tahun ini.

***

Seorang gadis baru saja bangun dari tidurnya. Ia langsung melirik nakas. Kosong. Tak ada kado ataupun kartu ucapan dari sahabatnya yang setiap tahun tak pernah absen untuk memberikannya.

Reina mencari-cari hpnya. Menyibak selimut dan bantalnya. Hpnya ternyata berada dibawah bantal. Ia membuka hpnya dan langsung menuju ke aplikasi chat.

Ia berharap walaupun Aldo tak melakukan kebiasaannya saat ia ulang tahun setidaknya cowok itu masih mau mengirimkan pesan berisi ucapan selamat ulang tahun. Tapi nyatanya tak sama sekali. Kosong. Bahkan teman-temannya pun seolah lupa dengan hari ini.

Reina mendengus sebal. Ia turun dari kasurnya, memutuskan untuk segera melaksanakan sholat subuh dan bersiap untuk ke sekolah.

***

Reina menuruni tangga dengan malas. Ia menuju meja makan, terlihat disana anggota keluarganya lengkap. Bahkan ayahnya yang sering pergi keluar kota untuk berkerja pun ada disana. Sedang membaca koran dan meminum kopi sebagai pendampingnya.

Reina menarik kursinya dan duduk disana, berhadapan dengan Aline.

Aline mendongak dan membuka tasnya. Ia mengeluarkan sebuah benda yang sudah dibungkus rapi dengan kertas bercorak. Kado. "Kado buat lo, happy birthday my sister."

Reina yang menerimanya tentu saja sangat senang. "Makasih kak."

"Nggak mau dibuka sekarang?" tawar Aline yang langsung diangguki Reina. Pasalnya gadis itu sudah sangat penasaran dengan isinya.

Reina menekan-nekannya. Kok tebel ya? tanyanya dalam hati. Ia juga sedikit mengocoknya namun tak berbunyi.

Kepalang kepo, begitu pikirnya. Ia langsung membuka bungkusan kadonya. Matanya melotot senang. Ia mendapatkan novel yang selama ini menjadi incarannya namun belum kesampaian karena tabungannya yang belum memadai. Tapi kakaknya ini malah memberikannya sebagai hadiah untuknya.

ReinAldo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang