Mereka berdua berjalan beriringan menuju rumah masing-masing. Reina masih diam, masih sebel sama Aldo.
"Rein, gue mau ngomong deh," ucap Aldo. Reina masih memusatkan perhatiannya pada jalanan, "ngomong aja."
"Lihat gue dong, gue mau ngomong nih." Reina berhenti berjalan dan menghela nafas, ia juga kemudian memusatkan perhatiannya penuh pada Aldo, "apa?"
"Gue mau ngomong serius sama lo."
Deg. Jantung Reina berpacu cepat. Dia mau nembak gue? Pikirnya.
"Iya apaan Aldo?" tanya Reina.
"Gue..."
"Lo kenapa Aldo?!" Reina gemas karena cowok itu menggantung perkataannya dan itu membuatnya penasaran.
"Gue kenyang," jawab Aldo dengan polos dan cengirannya. Ia langsung berlari karena tau pasti cewek itu bakal ngamuk dan memukulnya.
"Aldoooooooooo. Sumpah lo nyebelin banget." Reina berlari menyusul Aldo yang sudah jauh didepan. Kurang ajar cowok PHP, geram Reina.
***
Reina sudah berada di kamarnya, duduk di meja belajarnya berhadapan dengan buku pelajaran. Ia harus belajar untuk ujiannya besok.
"Lu belajar apa sih?" tanya Aldo sambil bermain game dan duduk diatas karpet.
"Ekonomi," balas Reina singkat tanpa menoleh. Aldo mempause gamenya dan menatap punggung cewek itu bingung, "lah lu kan jurusan IPA."
Reina berdecak, "ck ini mapel lintas minat, padahal gue mah nggak minat," sungutnya.
Aldo kembali bermain dengan gamenya, "kenapa emangnya?"
"Ya lu bayangin aja gue ngerjain harus sama persis sama buku. Kata katanya harus sama, titik komanya juga harus sama." Reina mulai ngomel karena gurunya yang keras kepala. Aldo mah cuma dengerin aja sambil ngangguk ngangguk, "lha sama aja lu ngapalin satu buku dong kalo gitu."
"Makanya itu, mana jarang masuk lagi sekalinya masuk malah gosip," keluhnya.
"Guru idaman." Aldo malah memuji guru itu. Bodo amat lah, pikir Reina yang langsung menutup bukunya dan bergabung dengan Aldo di bawah.
Maskeran aja deh. Reina kembali berdiri untuk mengambil segala peralatan maskernya. "Do ikut maskeran yuk," ajaknya pada Aldo.
"Ogah," tolak Aldo mentah-mentah. Reina memeluk Aldo dari belakang, "ayolah Do maskeran ma gue," bujuknya sambil menempelkan pipinya pada pipi cowok itu. Iya juga mencubiti pipi cowok itu dengan gemas.
Aldo menghela nafasnya dan meletakkan hpnya, "oke." Reina bersorak girang dan memeluk Aldo semakin kencang.
Ia mulai menyiapkan maskernya, "lu cuci muka dulu gih," pinta Reina. Aldo beranjak untuk mencuci mukanya, tak butuh waktu lama ia sudah kembali di hadapan cewek itu.
Reina menepuk-nepuk pahanya memberi kode pada Aldo. Aldo yang paham, langsung menidurkan dirinya pada paha sahabat.
Reina dapat melihat wajah Aldo yang berada dibawah dengan leluasa, jantungnya sudah berdetak tak karuan dan sudah banyak banyak kupu-kupu di perutnya yang beterbangan. Ia mencoba fokus dan sedikit menunduk untuk memudahkannya mengoles masker pada wajah Aldo.
Aldo dapat melihat wajah Reina yang begitu dekat dengan. Ia tersenyum tipis melihat wajah serius sahabatnya itu.
Mereka dapat merasakan deru nafas masing-masing. "Udah selesai," seru Reina bangga melihat hasil karyanya. Aldo bangun dan melihat wajahnya yang sudah seperti memakai topeng di kaca, "sini gantian."
Reina menolak, "nggak usah gue bisa sendiri kok." Ia berjalan menuju meja riasnya dan mulai menguas wajahnya dengan masker.
"Ini sampe kapan?" tanya Aldo.
"Jangan banyak ngomong ntar retak," ucap Reina.
"Paling lima belas menit," sambungnya. Reina bergabung dengan Aldo karena ia sudah selesai membuat topeng di wajahnya. Sambil menunggu, ia membuka Instagram dan melihat-lihat timeline yang ada.
Matanya tiba-tiba melotot melihat postingan sahabat yang saat ini berada di sebelahnya. Fotonya. Reina tidak masalah dengan fotonya, hanya saja yang menjadi masalah adalah captionnya.
She's mine
Jantung Reina berpacu dengan cepat, ia deg-degan. Tapi tak seharusnya ia merasakan seperti itu pada Aldo. "Maksudnya ini apa?," tanya Reina sambil memperlihatkan hpnya.
"Lha bener kan lo punya gue," jawab Aldo acuh. Ia tak tau saja berkat jawaban itu sama saja menanam sebuah benih cinta dan harapan di hati gadis ini.
Reina hanya diam, mungkinkah gue jatuh cinta? Dan Aldo juga rasain?. Reina tersenyum manis yang membuat maskernya retak.
"Udah ah gue mau bilas muka, masker gue udah retak." Reina langsung berlari menuju kamar mandi dan segera membersihkannya. Wajahnya tampak bersih dengan senyum yang membuatnya semakin cantik.
"Terus gue gimana?" tanya Aldo saat Reina sudah berada di hadapannya lagi. "Bentar, gue pinjemin sabun cuci mukanya bang Alfi dulu." Setelah mengucapkan itu, ia langsung beranjak keluar kamar untuk menuju kamar kakak laki-lakinya.
"Bangggggg." Reina langsung nyelonong masuk ke kamar kakaknya. Beruntung Alfi saat itu sedang tengkurap, kan bahaya kalo ia sedang telanjang. "Apaan?" tanyanya tanpa mengubah posisi.
"Pinjem sabun muka dong," pinta Reina.
"Pinjem nggak berkurang isinya,"
Reina kesal, "yaudah minta!" Alfi terkekeh geli melihat adiknya yang kesal seperti itu, "tuh ambil aja di kamar mandi." Setelah mendapatkan ijin, Reina langsung masuk ke kamar mandi Alfi untuk mengambil barang yang ingin dia pinjam, lebih tepatnya minta.
***
"Nih." Reina menyodorkan sabun cuci muka pada Aldo. Aldo mendongakkan kepalanya dan menoleh pada Reina yang ada dihadapannya. Ia langsung mengambilnya dan berjalan menuju kamar mandi.
Tak berselang lama, Aldo keluar kamar mandi dengan wajah yang segar. "Gimana gue makin ganteng nggak?" tanyanya sambil menarik turunkan alisnya. Reina sempat terpukau untuk beberapa detik, detik berikutnya ia menampilkan wajah jijik, "dih kagak," balas Reina sambil berpura-pura muntah.
"Yaudah ah gue mau pulang dulu byeeeee," pamit Aldo sambil memberikan kiss bye. Jijik. Reina langsung menutup pintu balkonnya kembali saat Aldo sudah pergi dan kembali masuk lagi ke kamar mandi untuk berwudhu karena ia baru ingat jika belum sholat isya.
Reina keluar dari kamar mandi, menggelar sajadah dan menggunakan mukenanya. Ia segera melaksanakan sholat isya. Reina memang belum bisa menjadi Istiqomah tapi ia mengusahakan untuk selalu melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Setelah selesai sholat, Reina menutupnya dengan doa, doa untuk orang-orang yang ia sayang dan kelancaran untuk ujiannya. Reina juga menceritakan kejadian jantungnya ini pada Tuhan. Ia belum bisa mengatakan ia jatuh cinta, ia juga takut rasanya ini dapat merusak hubungan persahabatannya.
Reina melipat mukenanya dan mengembalikan ke tempat semula. Ia merebahkan tubuhnya pada kasur dan menatap kearah langit-langit kamar. Apa gue jatuh cinta ma dodol Garut? Gue takut karena ini persahabatan diantara kita jadi hancur, pikir Reina.
Udah ah tidur aja, bodo amat. Yang penting besok terakhir ujian yuhuuuuuu, putusnya sambil menarik selimut dan langsung merajut mimpi.
***
Fairahmadanti1211
![](https://img.wattpad.com/cover/181499947-288-k780321.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ReinAldo [COMPLETED]
Teen FictionRank #2 teman rasa pacar [4 Januari 2020] Rank #3 teman rasa pacar [18 Januari 2020] Rank #2 teman rasa pacar [24 Maret 2020] Rank #5 aline [24 Maret 2020] Rank #5 menikung [24 Maret 2020] Rank #9 surya [24 Maret 2020] Rank #7 favorit [21 April 2020...