43. Festival Lampion

180 20 0
                                    

Saat ini Rifa tengah berada dikamar Reina. Keadaan kamar Reina menjadi penuh dengan tisu yang berserakan karena ulah Rifa yang sudah menangis satu jam lamanya.

"Lo mau sampe kapan nangis dan bikin kamar gue kek kapal pecah gini?" tanya Reina jengah. "Lo juga mau sampe kapan diem gini dan nggak cerita ke gue..."

"Gue putus." Belum selesai Reina bicara, Rifa menyela. Tapi karena ucapan gadis itu membuat Reina melongo tak percaya sampai-sampai rahangnya seperti mau jatuh.

"Hah?!" Reina berkedip berkali-kali yang siapa tau semua yang ia dengar ini mimpi. Ia sangat tau gimana hubungan sahabatnya ini dengan pacarnya, mereka sangat bucin sekali. "Lho? Kok? Kapan? Kenapa? Siapa yang mutusin? Lo nggak bohong?"

Rifa melempar tisu bekas ingusnya kearah Reina dengan kesal. Bisa-bisanya gadis itu berkata kalo ia bohong setelah ia nangis menghabiskan 2 kotak tisu. "Gue udah nangis ngabisin 2 kotak tisu gini lo masih bilang gue becanda gitu?!"

Reina mengangkat kedua tangannya tanda menyerah dengan cengiran yang tak lepas dari bibirnya. "Maap-maap." Reina menghela nafas. "Oke sekarang serius. Gimana awalnya?"

"Waktu gue kerumah lo waktu itu, gue cerita tentang hubungan gue yang kayak antara ada dan tiada tapi malah nggak lo dengerin."

"Iyakah? Maap-maap."

"Iya. Nah Aldo nawarin telinganya buat dengerin gue cerita." Dalam hati Reina cemburu. Kenapa harus Aldo? Kenapa bukan yang lain saja? Bagaimana kalo mereka ada hubungan dibelakang? Reina terus berspekulasi dan tak begitu menyimak cerita Rifa.

"Gue sama Aldo mutusin buat ketemu dan saling cari jalan keluar. Aldo kan juga ada masalah sama pacarnya. Gue sama dia akhirnya milih buat putus dari pasangan masing-masing."

"Kalo itu pilihan lo, kenapa malah nangis?"

"Ternyata gue nyesellllll," teriak Rifa histeris dan tentu saja air matanya kembali keluar.

Reina hanya bisa menatap aneh gadis yang ada dihadapannya itu. "Dasar cewek, labil," cibirnya. "Yaudah lu nangis aja dulu puas-puasin, besok jangan lagi." Setelah mengucapkan itu, Reina langsung keluar kamar untuk menuju dapur. Ia berniat akan membuat mie instan dengan kuah yang pedas.

***

"Gue udah putus kemarin," ucap Rifa kepada pemuda yang saat ini tengah duduk dihadapannya.

"Sama gue juga," balas Aldo. Saat ini mereka tengah berada di kafe yang letaknya berada di pusat kota.

"Tapi gue nyesel banget."

"Gue nggak tuh." Rifa berdecak dan menendang kaki Aldo dari bawah meja. Bisa-bisanya disaat seperti ini cowok itu masih bisa pamer. Ia tau Aldo tak akan mungkin menyesal dengan keputusannya karena memang keputusan ini harus diambil. "Udah tau. Mana mungkin lo nyesel setelah diselingkuhi."

Aldo terkekeh pelan. "Nah tuh tau."

"Tapi gue yang nyesel human."

"Emang dasar cewek, lo yang mutusin lo juga yang mewek nyesel."

"Terus gue sekarang harus gimana?"

"Ya nggak gimana-gimana."

"Lo tuh ya," desis Rifa dengan tangan melayang hampir memukul kepala Aldo. Sedangkan cowok itu masih cuma cengengesan aja.

"Daripada lo galau mulu mending ikut gue nanti malem."

"Kemana?"

"Ada deh." Aldo langsung beranjak dari duduknya. "Yaudah gue pergi dulu. Jangan lupa nanti malam jam 8 gue jemput." Aldo langsung melenggang pergi keluar kafe.

ReinAldo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang