44. Pengkhianatan

221 25 11
                                    

Udah hampir 2 minggu Rifa dan Aldo sering bertemu. Hampir setiap hari intensitas mereka bertemu. Seperti saat ini, mereka tengah berada di kedai es krim yang letaknya tak jauh dari rumah Rifa.

Mereka memilih tempat duduk dekat dengan jendela. Mereka duduk saling berhadapan dengan dua mangkuk es krim dihadapan mereka masing-masing.

"Makasih lo udah ngajakin gue makan es krim di cuaca yang panas gini. Udah dari kemarin gue pingin makan es krim," ujar Rifa dengan cengiran yang tak lepas dari bibirnya.

"Sama-sama. Lagian gue juga bingung mau main kemana lagi sama lo. Yaudah kesini aja dan syukur juga lo nyaman." Rifa hanya terkekeh sembari menyuapkan es krim ke dalam mulutnya.

"Oh iya, gue mau ngomong," ucap cowok itu.

"Yaudah ngomong aja," jawab Rifa cuek dan masih asik dengan semangkuk es krimnya.

"Kita kan udah deket..."

"Hooh, terus?" sela Rifa yang masih asik dengan es krimnya.

"Jadian yuk."

"Hah?!" Mulut Rifa terbuka, ia juga menjatuhkan sendoknya kembali ke dalam mangkuk. Ia berkedip beberapa kali dan meneguk salivanya dengan susah payah. "Lo lagi bercanda?" Ia terkekeh pelan. "Candaan lo lucu banget."

"Apa di wajah gue kek orang lagi bercanda?" Aldo menghela nafas pasrah. "Gue beneran sayang sama lo. Lo udah bantuin gue keluar dari jurang rasa sakit. Gue nyaman sama lo."

"Kalau boleh jujur, gue juga nyaman sama lo. Lo juga yang udah buat gue lupa sama rasa sakit gue, tapi..." Rifa jujur dengan perkataannya kalo ia memang merasakan itu semua. Ia sangat ingin menerima Aldo, tapi bagaimana dengan perasaan Reina kalo ia tau ini semua? Tapi kalo Reina sahabat yang baik, ia pasti bakal dukung semua keputusan yang Rifa ambil bukan? Reina pasti akan mengerti.

"Tapi apa lagi? Kita udah sama-sama nyaman."

Rifa menghela nafas berat. Ia meyakinkan hatinya bahwa pilihannya ini tak salah. "Oke gue mau." Ia tersenyum yang membuat Aldo juga tersenyum. "Makasih, Rif." Aldo mengusap kepala Rifa dengan sayang.

***

Sepasang kekasih baru saja keluar dari kedai es krim itu. Si cowok berniat untuk mengantar ceweknya pulang. Mereka melangkah menuju parkiran.

Aldo menaiki motornya, memakai helm, dan memberikan helm yang lain untuk Rifa. Gadis itu menerimanya dan segera memakainya. Setelah itu, ia naik ke boncengan dan motor langsung melaju membelah jalanan.

"Kita langsung pulang kan?" tanya Aldo memastikan dengan suara yang keras. Rifa mengangguk dan ia baru sadar kalo Aldo terlalu fokus dengan jalanan sehingga tak begitu memperhatikan anggukannya. "Iya pulang aja." Aldo mengangguk dan melajukan motornya menuju rumah Rifa.

Tak sampai 15 menit, mereka telah sampai di depan rumah Rifa. Gadis itu turun dan memberikan helm kepada Aldo. "Mau masuk dulu?" tawarnya.

"Emang mau ngapain?"

"Enggggg." Rifa mengambil hpnya yang ada di dalam tas berniat melihat jam. Layar hp menujukan pukul 12.30. "Masih setengah satu, gue laper belum makan siang. Temenin makan yuk didalam."

"Emang di rumah ada siapa aja?"

"Adek gue paling jam segini masih main, papa kerja, mama arisan sama temen-temennya jadi mungkin sekalian makan siang kalik. Di rumah keknya cuma ada bibi deh."

ReinAldo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang