"Aku hanya mengingat kembali kenangan yang tersisa dari dirimu"
***Acha telah sampai di depan rumahnya, di tutupnya pintu taxi yang telah mengantarnya secara perlahan lalu taxi itu pun pergi dengan melaju kencang.
Acha yang terkejut melihat rumahnya sontak langsung menutup mulutnya tak percaya. Ia membaca tulisan yang ada di depan rumahnya lalu berjalan perlahan dengan langkah lunglai.
'RUMAH INI DI SITA BANK'
Sebuah papan kayu terpampang jelas dengan tulisan yang sangat menohok hatiAcha, apa mungkin ini maksud Angkasa menyuruhnya tinggal dengan Bagas, tapi kenapa Angkasa tidak memberitahunya?
Di tatapnya rumah yang selama ini menjadi tempat dimana Acha dan mamanya menghabiskan waktu bersama, lalu detik berikutnya air mata Acha lolos turun dari pelupuk matanya membasahi pipinya.
"Acha kangen mama," bisik Acha kecil terisak dalam tangis nya lalu Acha pun pergi dari sana meninggalkan semua kenangan yang tak pernah pudar.
Lalu lalang mobil dan motor sedari tadi Acha lewati meski banyak yang mengklakson dirinya karena menyebrang jalan sembarangan, tapi ia tak peduli dengan semuanya. Pikiran Acha saat ini kosong ia tak tau harus kemana lagi.
Tempat pemakaman umum Bumi Ayu, di sinilah Acha sekarang berada. Di beli nya bunga Lily putih sebelum datang ke tempat ini. Acha berjalan perlahan ke pemakaman dengan menggenggam bucket bunga di tangannya dengan erat.
Acha berhenti di makam mamanya lalu duduk bersimpuh di depannya sambil mengusap nisan mamanya dengan lembut.
"Ma, apa kabar?" tanya Acha lalu tersenyum paksa, satu bulir air mata yang hangat jatuh ke pipi nya.
"Acha kangen banget sama mama, kenapa mama ninggalin Acha secepat ini?" Acha kemudian memeluk nisan mamanya dan menumpahkan seluruh air matanya di sana.
"Sekarang papa udah gak kayak dulu lagi ma, papa berubah semenjak ketemu perempuan itu. Acha gak tau sekarang mau tinggal di mana," Angin semilir berhembus menerpa rambut Acha, membuat Acha duduk dari tempatnya.
"Acha pengen banget ikut mama, nemenin mama di sana. Tapi Acha gak mau ninggalin Angkasa, satu-satunya orang yang buat Acha mau jalanin hidup sekarang adalah Angkasa," Acha menatap makam mamanya lalu tersenyum kecil.
"Ini Acha bawain bunga kesukaan mama, Acha mau mama tenang ya jangan khawatir di sana. Acha pasti baik-baik aja," Acha pun menaruh bucket bunga Lily itu dan berdiri dari tempatnya, ia menyeka air mata nya yang sedari tadi tumpah.
"Eh neng Acha ya? Kemaren baru aja den Bagas mampir kemari," ucap seorang bapak penjaga makam yang sering bersih-bersih di pemakaman tersebut.
"Bang Bagas? Dia sering ke sini?" tanya Acha kepada bapak penjaga makam.
"Iya neng, hanpir tiap hari dia ke sini. Dia juga mesen sama bapak supaya tiap hari bunga yang ada di makam itu di ganti, bunga Lily putih sama yang kayak non Acha barusan kasih," ujar bapak itu sambil tersenyum.
Darimana bang Bagas tau kalau mama suka Lily putih, batin Acha dalm hatinya.
"Menurut bapak, bang Bagas itu orangnya gimana?" Acha bertanya sedikit takut, ia tidak terlalu mengenal Bagas terlalu dekat.
"Baik kok non anaknya, dia juga sering ngasih uang tambahan ke bapak buat bersihin makam ibu Anita, kenapa non tiba-tiba nanya?" Bapak penjaga makam itu menatap Aha sedikit heran.
"Eh..gak apa-apa kok pak, terimakasih ya. Acha pulang dulu permisi pak," ucap Acha dengan sopan lalu pamit dan tersenyum ke arah bapak itu.
"Iya hati-hati non pulangnya," bapak itu lalu melanjutkan pekerjaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa [Telah Terbit]
Teen Fiction"Aku sangat beruntung telah bertemu denganmu, aku ingin memberitahumu aku akan datang padamu dan memintamu untuk tinggal di sisiku." Ini kisah tentang Angkasa Kevin Pramudya lelaki berwajah tampan yang membuat siapa saja melihatnya terpana, cowok...