Part 54

5.2K 227 175
                                        

"Bolehkah aku meminta suatu hal? aku hanya ingin bahagia seperti yang lainnya"

****

Acha membuka kelopak matanya pelan, dilihatnya Bagas yang tengah tertidur di sofa dengan pulas membuat Acha mengurungkan niatnya untuk membangunkan Bagas.

Abang pasti capek banget udah jagain aku selama ini, batin Acha dalam hatinya lalu memandang ke arah luar jendela. Langit sangat cerah siang ini membuat mata Acha silau karena sinar matahari menembus masuk dan menerobos ke dalam ruangan bernuansa putih tersebut.

Baru saja dirinya hendak duduk untuk membenarkan posisi nya yang kurang nyaman, seseorang datang mengetuk pintu dan masuk tanpa permisi.

"ACHA!!" teriak Varo heboh lalu meletakkan parsel buah di atas nakas

"Berisik banget lo Var, gak liat apa bang Bagas lagi tidur noh," ucap Dika lalu menjitak sedikit jidat Varo agar curut yang satu itu sadar kalau ada manusia lain selain mereka.

"Makasih ya kalian berdua udah dateng, tapi Angkasa mana? Kok gak sama kalian?" tanya Acha heran sambil menatap ke arah pintu berharap Angkasa datang untuk sekedar melihatnya walaupun hanya sebentar.

"Eh- eumm gimana ya, Angkasa kayaknya gak datang deh," kata Varo sambil melirik ke arah Dika.

"Kenapa? Angkasa masih marah ya sama gue," Acha pun merasa sedikit sedih, ia tau Angkasa itu adalah orang yang sangat sulit untuk di luluhkan hatinya bahkan meminta maaf kepada manusia es itu tak segampang yang ia kira.

"Seolah-olah semesta sedang mempermainkan kedua hati mereka, yang satu mencari tapi tak di pertemukan. Sedangkan yang satu lagi peduli tetapi hatinya gengsi, takut terluka dan tersakiti lagi. Tapi bukankah itu cinta? Rumit dan susah di mengerti, tetapi ketika kau merasakannya kau akan lupa diri"

~Author~

"Gak tau tuh manusia kutub, badmood parah kayak lagi pms. Udahlah Cha palingan besok udah balik lagi kayak biasanya," Dika pun duduk di kursi yang berada di sebelah tempat tidur Acha.

"Masih sakit gak Cha? Gimana keadaan lo sekarang?" ucap Dika sambil menatap Acha yang kelihatan masih pucat dan terlihat lemah.

"Udah gak papa sih, udah baikan. Besok juga gue bakalan pulang," Acha tersenyum kecil padahal hatinya sangat kecewa saat ini karena Angkasa tidak datang.

"Oh iya, tadi tau gak ada cewek yang nyariin Angkasa loh. Siapa ya namanya Tali atau siapa sih Dik lupa gue," Varo pun menggaruk kepalanya yang tak gatal mencoba mengingat siapa nama cewek yang tadi datang mencari Angkasa.

"Thalia namanya, yaelah gitu aja gak inget dasar pikun lo!" Dika pun menjitak kepala Varo, padahal baru beberapa jam mereka pergi ke sini.

"AWW, SAKIT BEGO!!!" teriak Varo sambil mengelus kepalanya.

"Lo sih ogeb banget, Thalia namanya bukan tali emangnya tali jemuran!!!" Dika mendengus kesal.

"THA-THALIA?" tanya Acha sambil mengingat sosok gadis itu, gadis yang mengaku akan mengambil Angkasa darinya.

"Iya Thalia, lo kenal Cha ama dia?" Dika pun memandang Acha heran karena raut wajah Acha yang sedikit berubah.

"Dia bilang katanya akan ngambil Angkasa dari gue, dia juga tau semua tentang gue," Acha menunduk menahan air mata yang akan jatuh dari pelupuk matanya sebentar lagi.

"Maksud lo? Jadi lo udah tau tentang dia, kenapa lo gak bilang sama Angkasa dari awal!!" Dika sedikit menaikkan nada bicaranya, membuat Bagas yang sedari tadi tengah tertidur pulas di sofa pun terbangun karena suara berisik yang sangat mengganggu.

Angkasa [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang