Part 42

3.8K 133 19
                                    

"Kau Ratu yang tak punya belas kasih, menyembunyikan duri-duri di balik kecantikanmu itu"


***

Thalia kini sedang berada di pinggir halte dekat SMA Garuda, bukan tanpa sebab ia datang kemari melainkan ia ingin bertemu Angkasa.

Gadis berkacamata dengan rambut di kepang dua itu tampak gugup sambil memegang sekotak coklat yang sudah di siapkannya untuk Angkasa.

Sejak pertama kali ia bertemu Angkasa dan mengetahui kalau Angkasa adalah sang most wanted SMA Garuda, Thalia ternyata sudah menaruh hatinya kepada Angkasa.

Ia tahu kalau Angkasa itu adalah tipe cowok dingin dan susah di dekati, tetapi mencoba tidak ada salahnya bukan? Ia terlanjur menyukai Angkasa sejak pandangan pertama mereka bertemu.

Anak-anak SMA Garuda telah pulang begitu bel pulang berbunyi, Thalia menyembunyikan badannya yang mungil agar tak terlihat di balik halte. Bisa gawat jika ada yang melihatnya, karena SMA Garuda dan SMA Cendrawasih dari dulu memang tak pernah akur.

Di lihatnya gerbang SMA Garuda yang mulai sepi tanpa ada satupun orang di sana, Thalia pun menoleh ke kiri dan ke kanan memastikan tak ada orang yang mengenalinya. Di pakai nya jaket biru yang di belikan abangnya sebagai hadiah ulang tahun dan ia pun menyelinap masuk ke SMA Garuda untuk mencari Angkasa.

Pucuk di cinta ulam pun tiba, Angkasa ternyata sedang latihan basket di lapangan dengan teman-temannya membuat mata Thalia memandang Angkasa tanpa berkedip sedikitpun. Tuhan memang tidak main-main menciptakan makhluk indah seperti Angkasa.

Lelaki itu sedang men-dribble bola basket, dari kejauhan pun Angkasa terlihat sangat mempesona. Rahangnya tegas bak dewa yunani, hidungnya mancung dengan alis tebal serta rambutnya yang sedikit basah membuat cowok itu makin bertambah tampan.

Thalia pun duduk di pojok lapangan sambil memperhatikan Angkasa, dirinya sedari tadi tersenyum melihat Angkasa yang mencetak angka berulang kali membuat tim nya menang.

"Ganteng banget sih," ucap Thalia gemas. Bukan hanya dirinya yang bilang begitu, banyak teriakan heboh dari pinggir lapangan yang ternyata adalah fans Angkasa.

PRITTT, PRITTTT

Peluit tanda permainan berakhir telah berbunyi membuat semuanya berhenti bermain basket, mereka pun langsung berkumpul ke tengah lapangan. Setelah selesai berdoa mereka semuanya pun bubar, ada yang langsung ke parkiran dan ada juga yang ganti baju dulu ke kamar mandi.

"Angkasa duluan ya," teriak salah satu teman Angkasa yang melambaikan tangannya dan pergi ke arah parkiran.

"Iya hati-hati," ucap Angkasa lalu membereskan bola untuk di masukkan ke dalam gudang.

Setelah mengumpulkan bola, Angkasa duduk di pinggir lapangan dan mengambil tasnya. Diminum air mineral yang sedari tadi teronggok kaku di dalam tas nya dan di teguk nya sampai habis.

Sepi, itulah keadaan lapangan basket sekarang. Semuanya sudah pulang dan punya tujuan masing-masing sedangkan Angkasa masih terdiam di tempat duduknya.

"Ehemm," ucap seorang cewek membuat Angkasa menoleh ke arah samping.

"Lo? Ngapain di sini?" tanya Angkasa lalu berdiri dari duduknya menatap perempuan berkacamata tersebut.

"Gue ke sini mau ngomong sesuatu sama lo kak," ucap Thalia sedikit gugup tapi ia menyembunyikan kegugupannya sedari tadi dan bersikap normal setenang mungkin.

"Mau ngomong apa? Lo ke sini sendirian bisa bahaya tau gak," Angkasa sedikit memperingati cewek ini, untunglah keadaan sekolahnya saat ini sepi jika tidak pasti akan ada kesalahpahaman.

Angkasa [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang