Part 53

4.5K 211 146
                                    

"Bisakah kita membuat dunia sendiri semau kita? Fakta yang ada opini yang berbeda, tak mampu berkata tapi hanya mampu menyampaikan rasa"


***

"Acha?" tanya seorang wanita berpakain putih dengan senyum terukir di sudut bibirnya tengah menatap Acha dan mengelus puncak kepalanya lembut.

"Mama!!!" teriak Acha yang begitu terkejut dengan kehadiran mamanya, detik berikutnya ia pun memeluk mamanya dengan erat penuh rasa kerinduan yang sangat mendalam.

"Mama kemana aja? Acha kangen banget tau gak, Acha mau ikut mama boleh ya?"

"Please," mohon Acha sambil memasang wajah sedihnya berharap hati mamanya luluh dan mengizinkan Acha untuk ikut dengannya.

"Sayang mama mau minta maaf udah ninggalin kamu sendiri, tapi kita gak akan bisa sama-sama kayak dulu lagi," ucap mama Acha dengan raut wajah yang tiba-tiba saja berubah menjadi sendu.

"Ke—kenapa?"

"Mama benci ya sama Acha?" tanya Acha yang kini menggenggam tangan mamanya erat. Entah kenapa ia merasa mamanya sedikit berbeda, genggaman tangannya tak terasa seperti dulu yang begitu hangat melainkan sekarang dingin seperti es.

"Mama gak benci sama kamu sayang, gak ada orang yang benci sama anak mama yang satu ini," mama Acha pun mencubit pipi anaknya sambil tersenyum kecil.

"Tapi kenapa papa benci banget sama Acha?" Acha pun menatap mama nya dengan tatapan heran sedangkan yang di tatap hanya memasang senyum manisnya.

"Papa kamu gak akan pernah bisa benci sama kamu sayang, percaya sama mama sampai kapanpun kamu anak kesayangan mama sama papa," lalu mama Acha pun mengecup puncak kepala Acha pelan dan beranjak pergi dari tempatnya.

"MAMA!!!"

"Mama mau kemana?" tanya Acha yang bingung melihat mamanya yang ingin pergi meninggalkannya.

"ACHAA!!!"

"CHAA!!" suara yang sangat tidak asing lagi di telinga Acha terdengar nyaring, hingga membuat Acha menoleh kebelakang.

"A—angkasa?"

"Ngapain di sini?" tanya Acha heran, ia pun memandang lelaki itu menatapnya dengan tatapan rindu yang sangat sulit untuk di artikan.

"Cha kita pulang sekarang ya, ikut gue dan kita sama-sama akan jalanin semuanya," ucap Angkasa lalu mengulurkan tangannya mencoba menggapai Acha yang terasa jauh.

"Tapi mama bagaimana? Acha udah gak kuat hidup di dunia yang kejam!!!"

"Acha, hati kamu mungkin ingin ikut sama mama tapi lihat ada banyak orang menunggu kamu sayang," mamanya pun tersenyum sembari menatap ke belakang punggung Acha.

Acha pun menoleh menatap kebelakang punggungnya. Tampak semua orang yang Acha sayangi tengah menunggunya. Mulai dari papanya, Bagas, Lita, dan tidak lupa Angkasa yang selalu ada untuknya.

"Mama pergi ya sayang, selamat tinggal," dan berikutnya semua tiba-tiba menjadi putih seketika, hingga alam bawah sadar Acha pun memaksanya bangun dari tidur panjangnya.

"MAMA!!!" teriak Acha yang refleks bangun dari tempat tidurnya karena terkejut, satu bulir keringat pun turun dari pelipisnya.

"Kamu kenapa Cha? Baik-baik aja kan?" ucap Bagas yang nampak khawatir sekaligus lega karena Acha sudah siuman.

"Iya bang Acha gak papa," ucap Acha lemah lalu mencoba untuk membaringkan tubuhnya ke posisi semula.

Acha masih mengatur napasnya agar normal kembali dan menghirup udara di sekitar sebanyak-banyaknya.

Angkasa [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang