"Kamu adalah obsesiku yang tak akan mungkin menjadi nyata"
***
Thalia menangis tersedu-sedu karena ucapan Angkasa yang sangat amat menyakiti hatinya, ia pun pergi keluar dari kelasnya menuju ke kamar mandi.
Ia sangat butuh untuk sendiri saat ini, semua yang Angkasa katakan tidak benar. Ia tidak sejahat apa yang Angkasa kira.
Semua ini adalah salah Draco bagian dari dirinya yang mengambil alih dan merencanakan semua kejahatan itu, sedangkan dirinya tak bisa apa-apa Draco terlalu kuat.
"Gue gak mau Angkasa benci sama gue, semua ini bukan salah gue," ucap Thalia lirih, ia menangis di dalam toilet tanpa mempedulikan sekelilingnya yang mungkin mendengar suaranya.
Bukannya ini yang lo mau, membuat Angkasa jadi milik lo? Draco mencoba mengambil alih pikiran Thalia saat ini.
"Tapi gak gini caranya, gue gak mau di sebut sebagai pembunuh!!" Thalia menekankan kalimat terakhirnya dan memejamkan matanya.
Dengan lo bunuh mereka lo bakalan dapet apa yang lo mau.
"Gak! lo bohong, gue lebih baik nerima Angkasa sama orang lain daripada dia benci sama gue. Pergi lo, ARGHHH!!" Thalia menjambak rambutnya frustasi, ia sangat tidak mau pikirannya di ambil alih oleh Draco lagi.
Thalia pun keluar dari kamar mandi, ia sangat butuh tempat yang tenang saat ini. satu hal yang ia butuhkan saat ini adalah pulang ke rumah. Pikirannya yang kacau membuat Draco lebih leluasa untuk berbuat semaunya.
Thalia pun mengeluarkan Hp dari saku rok nya dan menelpon seseorang di seberang sana.
"Bang, bisa jemput gue?" tanya Thalia kepada abangnya siapa lagi kalau bukan Bima.
"Sekarang, gue mohon..."
"Iya, makasih bang," lalu ia pun bergegas mencari tempat untuk menenangkan diri.
Ia pun teringat dengan rooftop, tempat itu mungkin bisa membuat dirinya lebih tenang. Jangan sampai orang lain mengetahui tentang rahasianya, yaitu mempunyai kepribadian ganda. Orang-orang pasti menyebutnya dengan sebutan gila.
Dengan menghapus air mata yang masih tersisa di pelupuknya, Thalia bergegas pergi menuju rooftop. Setelah sampai di sana Thalia berteriak sekencang mungkin melepaskan semua beban yang ada di pikirannya.
"AAAAA!!!" teriak Thalia kencang, dirinya menatap lurus kedepan melihat hamparan awan putih di langit yang biru.
"Gue cuma ingin menikmati dunia dengan bahagia, tanpa harus membunuh siapapun," Thalia pun duduk di sudut dan kemudian memeluk lutut serta menenggelamkan wajahnya.
"Bagaimanapun juga gue yang salah selama ini, gue harus minta maaf ke semuanya,"
"Tapi apa mereka maafin gue?"
DRTT DRTTT
Satu pesan masuk membuat Hp Thalia bergetar, ia pun membaca pesan itu dan membalasnya.
Bima : Gue udah di depan, lo dimana?
Thalia : Iya bang, gue ke sana sekarang
Thalia pun bergegas turun dari sana, sedikit merapikan rambutnya yang lumayan berantakan lalu mencuci muka sebentar dan pergi menuju halte dimana abangnya sudah menunggu.
"Siapin aja, waktunya bentar lagi. Pokoknya gue mau dia mati."
Thalia mendengar abangnya sedang menelpon seseorang, karena penasaran Thalia pun berhenti di dekat gerbang dan mencoba mendengarkan pembicaraan abangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa [Telah Terbit]
Novela Juvenil"Aku sangat beruntung telah bertemu denganmu, aku ingin memberitahumu aku akan datang padamu dan memintamu untuk tinggal di sisiku." Ini kisah tentang Angkasa Kevin Pramudya lelaki berwajah tampan yang membuat siapa saja melihatnya terpana, cowok...