Part 48

3.8K 162 34
                                    

"Cinta akhirnya adalah kebohongan jika hanya satu orang yang mencintai bukan?"

***

"ACHA!!!"

"Acha bangun!!!"

"CHA!!!" Teriakan Bagas sukses membuat Acha membuka matanya secara perlahan-lahan.

Acha pun mngucek-ngucek matanya secara perlahan, di lihat sekelilingnya di mana ia berada dan rupanya ia sedang berada di kamar barunya. Detik berikutnya Acha memegangi kepalanya yang terasa sakit, seperti pusing yang menyerang tiba-tiba Acha pun meringis merasakan sakit.

"Arghhh," Acha meringis hingga membuat Bagas pun akhirnya memeluk Acha berusaha menghilangkan rasa sakitnya.

"Cha? Minum dulu ya biar baikan," ujar Bagas sembari memberikan segelas air putih yang masih hangat.

"Iya bang," ucap Acha lemah lalu meneguk isi air putih itu hingga setengah.

"Abang udah denger semuanya dari ibu Dona, nanti abang coba bilang sama Angkasa ya. Tapi abang gak janji bisa bujuk Angkasa, karena kamu tau lah Angkasa gimana orangnya," Bagas menghembuskan napas nya pelan ia mengerti ada kesalahpahaman antara mereka berdua yang harus segera di selesaikan.

"Angkasa sekarang benci banget sama Acha bang, apa Acha layak dapet maaf dari Angkasa?" Acha menatap Bagas seperti ingin menangis rasanya tembok pertahanan yang Acha bangun runtuh hancur berantakan.

"Tiap orang pantes buat dapet maaf dari seseorang, seberapa besar salah kamu abang yakin pasti Angkasa ngerti. Karena memang sebenarnya bukan kamu yang salah kan?" Bagas mengelus rambut Acha pelan membenarkan untaian rambut yang sedikit kusut.

"Angkasa harus denger penjelasan Acha pokoknya, Acha yakin Angkasa pasti dengerin Acha," ucap Acha sambil tersenyum kecil berusaha terlihat tegar tapi entah kenapa hatinya berkata lain, hatinya merasa Angkasa tak akan memaafkannya.

"Yaudah sekarang kamu istirahat dulu ya, nanti kalo ada apa-apa minta sama ibu Dona," Bagas pun mencium puncak kepala Acha pelan lalu pergi berlalu dari sana meninggalkan Acha dan ibu Dona berdua.

"Kamu gak papa Cha?" tanya ibu Dona yang tampak khawatir dirinya pun duduk di tepi ranjang sembari mengelus punggung Acha agar lebih merasa baikan.

"Acha gak papa, makasih ya ibu udah ngasih tau Acha siapa sebenarnya Angkasa itu." Acha pun memeluk ibu Dona dengan sayang merasakan kehangatan seperti mamanya, ahhh rasanya Acha rindu sekali dengan mamanya andai saja mamanya masih ada mungkin ia sekarang sedang menangis di pelukan mamanya.

"Iya sama-sama sayang, hati Angkasa itu dingin dan beku bak kristal es jadi kamu harus hati-hati sedikit saja kamu salah hati itu bisa hancur dan retak,"

"Ibu yakin kamu bisa luluhin hati seorang Angkasa, tapi kamu yang sabar ya sayang karena Angkasa kalau marah dia bisa menjadi orang yang berbeda," ucap Ibu Dona pelan dan sedikit hati-hati karena bagaimanapun juga orang yang lebih mengenal Angkasa sedari dulu adalah dirinya.

"Berbeda gimana?" tanya Acha heran, apakah Angkasa akan berubah menjadi manusia es yang dingin lagi seperti sebelumnya?

"Angkasa sebelum ketemu kamu itu orangnya cuek banget, ya gitu dingin ke semua orang tapi semenjak kamu datang semua berubah. Dia lebih seneng main ke danau bareng kamu kan?" ibu Dona tersenyum kecil dia tau Angkasa sangat menyanyangi Acha.

"Iya dulu Acha suka banget ke danau bareng Angkasa," Acha pun tersenyum mengingat itu semua, saat di mana ia dan Angkasa masih bersama tetapi tidak sampai salah satu dari mereka melupakan semua kenangan itu.

Apakah bisa Acha mendapatkan maaf dari Angkasa? Bagaiamanapun ia harus menjelaskan semua kebenarannya, agar kesalahpahaman ini tidak berlanjut lebih dalam dan membuat mereka sama-sama terluka.

Angkasa [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang