Part 47

3.7K 184 36
                                    

"Bila waktu berlalu akankah dirimu mengingatku dalam jejak yang samar"


***

"ACHA?"

"I—BU? Ngapain di sini?"

"Kamu Acha kan? Dan tadi itu, apa benar dia Asa?

Seorang wanita yang sangat di kenal Acha memandang Acha dengan tatapan yang sangat sulit di artikan. Sudah bertahun-tahun lamanya mereka tidak bertemu tetapi wanita itu tetap sama, hanya guratan halus di wajahnya yang kini semakin bertambah.

"Iya dia Asa, atau lebih tepatnya Angksa," ujar Acha pelan lalu menghembuskan napasnya.

"Ayo sini, masuk-masuk ibu kangen banget sama kamu Acha," ibu Dona pun mengajak Acha masuk ke dalam dan duduk di sofa ruang tamu.

Ibu Dona pun memeluk Acha erat, melepaskan kerinduan yang teramat sangat di sana hingga tidak sadar satu bulir air mata menetes dari pelupuk matanya.

"Ibu? Ibu nangis kenapa?" tanya Acha, ibu Dona pun melepaskan pelukannya kemudian menatap Acha sambil tersenyum.

"Ibu kangen banget sama kamu Acha, ibu gak nyangka kalo kita akhirnya ketemu lagi," ucap Ibu Dona sambil mengusap pipi Acha pelan. Gadis itu memang cantik sedari dulu, membuat siapa saja ingin selalu melihatnya.

"Ibu kenapa bisa ada di sini?" Acha pun mengusap air mata ibu Dona pelan.

"Ibu kerja di sini sayang, dan ibu gak nyangka ternyata kamu adiknya Bagas,"

"Tadi itu kamu di anter sama Asa ya? Bener kan dia Asa?" tanya ibu Dona, raut wajahnya kemudian berubah menjadi sendu membuat Acha mendadak heran.

"Iya ibu, kenapa emangnya?" tanya Acha, ia harap ibu Dona bisa membantunya menggali informasi lebih dalam tentang Angkasa.

"Syukurlah kalo itu beneran Asa, tapi yang ibu takutin adalah kalau dia tau siapa kamu sebenarnya," ucap Ibu Dona yang tatapan nya semakin sendu, kini ia pun mengenggam tangan Acha mencoba untuk menceritakan semuanya.

"Asa itu gak inget siapa kamu sebenernya Acha," kata Ibu Dona, di rasakannya tubuh Acha menegang seketika karena terkejut.

"Ke—kenapa? Apa yang udah terjadi sama Angkasa?" tanya Acha sedikit panik, mungkinkah Angkasa sudah melupakan kenangan mereka dulu.

~Flashback on~

Seorang anak lelaki tengah menangis tersedu-sedu setelah mengetahui fakta kalau kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Ibu Dona pun sudah membujuk Angkasa agar tetap tenang namun nihil Angkasa tetap tak mau diam.

"Asa ini ada keluarga yang mau adopsi kamu. Maafin ibu kalo nyimpen semua rahasia ini dari kamu, karena ibu rasa belum pas waktunya untuk ngasih tau ini semua ke kamu," ucap Ibu Dona pelan sambil membujuk Asa yang sedari tadi menangis di kamar tak mau keluar.

"Kenapa ibu gak ngasih tau semuanya dari awal? Seharusnya Asa juga ikut mati nyusul kedua orang tua Asa, untuk apa Asa hidup di dunia yang kejam ini!!!" teriak Asa kencang, membuat ibu Dona terbelalak kaget tak percaya atas apa yang di katakan Angkasa barusan.

"Asa, dengerin ibu. Dunia emang kejam tapi kamu harus bisa nerima kenyataan," ucap Ibu Dona yang kini duduk di sebelah Angkasa mengelus kepala bocah 9 tahun itu dengan pelan.

"GAK!! Asa benci ibu, Asa benci semua orang yang udah ninggalin Asa!!!" tanpa memperdulikan ucapan ibu Dona Angkasa pun berlari keluar dari panti asuhan.

"ASA!! Mau kemana kamu?" ibu Dona pun hanya bisa berteriak sambil memandang punggung Angkasa yang semakin lama semakin tak terlihat.

Tanpa memakai alas sendal maupun alas kaki Angkasa pun berlari menuju rumah Acha. Siapa lagi orang yang Angkasa punya saat ini selain Acha.

Angkasa [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang