Part 55

5.4K 224 160
                                    

"Hati yang penuh cinta tak akan bisa di sembunyikan"

***

Angkasa dan pak Wijaya papanya Acha telah sampai di rumah sakit, tempat Acha kini sedang di rawat. Hari kini telah berganti malam membuat papa Acha sedikit bingung karena selama di perjalanan Angkasa sama sekali tidak berbicara sepatah katapun.

"Kenapa kita ke sini? Siapa yang sakit?" tanya papa Acha heran kepada Angkasa.

"Ayah macam apa yang gak tau kalau anaknya sendiri sedang sakit," jawab Angkasa sambil menatap papa Acha yang kini sangat terkejut mendengar jawaban darinya.

"Acha sakit apa?" papa Acha pun menunduk malu, anaknya sendiri pun ia tak tau bagaimana kondisinya sekarang. Apakah masih pantas dirinya di sebut sebagai ayah?

"Sekarang mending kita masuk, buktikan kalau om memang sayang sama dia. Jadilah seorang ayah yang selalu ada buat dia, dan satu hal Angkasa harap om jangan pernah pergi lagi dari Acha," Angkasa pun kemudian masuk ke dalam ruangan rumah sakit di susul ayah Acha yang berjalan di belakangnya.

"Tapi om gak pernah ninggalin dia," papa Acha berkata kecil tapi hal itu terdengar di telinga Angkasa.

"Gak ninggalin?" Angkasa berbalik badan ke belakang dan maju beberapa langkah menatap manik mata papanya Acha dengan lekat, ada rasa bersalah di dalam sana yang Angkasa bisa lihat.

"Kemana om di saat Acha di bully? Dia itu menderita gara-gara om tau gak," Angkasa berbisik sambil menatap tajam ke arah papanya Acha.

"Hidupnya hancur semenjak mamanya gak ada, dan om gak pernah peduli sama dia sejak saat itu. Kadang Angkasa mikir om, walaupun Angkasa gak pernah ngerasain kasih sayang seorang ayah tapi Angkasa bisa ngerasain apa yang Acha rasain,"

"Dan beruntungnya om adalah Acha gak pernah bisa benci sama om, padahal udah jelas om nyakitin hati dia tapi dia gak pernah sedikitpun menaruh benci di hatinya. Buka mata om sekarang, lihat siapa yang menderita akibat ulah om sendiri," Angkasa kemudian melanjutkan langkahnya pergi ke ruangan Acha meninggalkan papanya Acha yang terdiam beku seketika mendengar kata-kata yang di ucapkan Angkasa barusan.

Rasanya seperti di hujam ratusan jarum di dada, rasa sesak pun tiba-tiba datang membuat papa Acha semakin di landa rasa bersalah. Kemanakah dia selama ini? di manakah letak hati seorang ayah, hingga tega melukai anaknya sendiri.

Angkasa telah sampai di depan pintu ruangan kamar Acha, dengan menghembuskan napasnya dalam Angkasa mengetuk pintu itu dengan pelan. Jujur ia sangat khawatir dengan keadaan Acha saat ini, ia juga rindu dengan senyum dan tawa renyah Acha yang seperti biasanya. Mau tak mau suka tak suka ia harus menghadapinya.

Ia harus bisa melawan egonya sendiri, lagipula ia harus mendengarkan penjelasan Acha sepenuhnya. Tidak ada salahnya berdamai dengan masa lalu, meskipun ia takut apabila Acha meninggalkannya seperti dulu lagi.

TOK TOK

Angkasa mengetuk pintu itu dan membukanya, membuat Acha yang tengah duduk di tempat tidur terkejut dengan kedatangannya.

"A-angkasa?" Acha terbata mengucapkan kalimatnya, seolah-olah ia tak percaya kalau Angkasa ada di hadapannya saat ini.

Acha melihat penampilan Angkasa saat ini tak jauh beda dari biasanya, tapi kenapa baju Angkasa sedikit berantakan dan banyak peluh di sekitar pelipisnya?

"Gue mau ngomong sama lo, tapi ada yang mau ketemu dan minta maaf sama lo dulu," ucap Angkasa dingin membuat Acha menghembuskan napasnya pelan, ia bisa memahami kenapa nada bicara Angkasa seperti itu.

"ACHAA!!"

Papa Acha pun sontak langsung memeluk Acha yang berada di tempat tidur, sedangkan Acha yang di peluk hanya bisa terdiam bisu. Dengan kaku Acha membalas pelukan orang yang sangat di sayanginya saat ini.

Angkasa [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang