"Dunia yang kejam ini menjadi sesuatu yang harus aku tangani sendirian"
***
Acha kini memasukkan semua buku-buku ke dalam tas sekolahnya, bel sudah berbunyi sekitar dua puluh menit yang lalu tetapi Acha masih enggan untuk meninggalkan kelasnya. Jika ia dan Lita dulu selalu pulang bersama sekaligus menunggu jemputan, tapi sekarang tidak lagi semua terasa berbeda semenjak kabar mengenai papa Acha tersebar luas.
Acha memang sengaja pulang agak lama supaya tidak ada orang yang menghina dan membully dirinya, ia sudah muak dengan sikap orang yang tidak tau apa-apa soal papanya.
Dengan menghembuskan napasnya kasar Acha pergi dari kelasnya untuk segera pulang, Angkasa tidak membalas pesan Acha sedikitpun sedari tadi padahal Acha ingin sekali bertemu Angakasa dan menjelaskan semuanya.
Parkiran sudah sepi semua murid sudah pulang ke rumah nya masing-masing tetapi tidak dengan Acha gadis itu melangkahkan kakinya menuju ke halte untuk menunggu Angkutan umum.
Acha menatap lurus ke depan melihat kendaraan yang sedari tadi berlalu-lalang tanpa henti, hingga tanpa sadar seseorang sudah memperhatikannya sedari tadi.
"Sendirian aja Cha?" tanya Bima sambil tersenyum manis dan duduk di samping Acha tanpa permisi.
"Eh—Bima! Sejak kapan lo ada di situ?" tanya Acha yang sedikit terkejut dan tidak menyadari jika ada Bima di sampingnya.
"Sejak kapan ya?"
"Eeumm mungkin sejak tadi lo ngelamun terus gak nyadar kalo gue udah ada di sini," ucap Bima sambil terkekeh kecil.
"Maaf ya, gue gak tau beneran kalau lo ada di sini. Btw ngapain lo kesini?" tanya Acha heran.
"Jemput adek gue Cha, gak tau napa tuh anak minta pindah sekolah ke sini," ujar Bima lalu kini ia berbalik memandang Acha dengan tatapan heran.
"Nah lo, gak pulang sama Angkasa Cha?" Bima pun menoleh mendapati Acha yang hanya diam ketika ia melontarkan pertanyaan itu.
"Angkasa lagi sibuk sama basketnya, jadi ya gue pulang duluan deh," Acha tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa antara dirinya dengan Angkasa, bagaimanapun juga ini adalah masalah dirinya dengan Angkasa dan ia tak ingin orang lain tau.
Bohong banget nih cewek, mana mungkin Angkasa biarin lo pulang sendirian, batin Bima dalam hatinya. Ia merasa kalau hubungan Acha dan Angkasa sedang tidak berjalan mulus jika memang itu yang terjadi baguslah kesempatan ia untuk mendekati Acha semakin besar.
"Eh angkot nya udah dateng nih," ucap Acha membuat Bima menoleh ke arah Acha.
"Gue duluan ya Bim, salam sama adek lo," Acha melambaikan tangannya dan tersenyum ke arah Bima lalu masuk ke dalam angkot hingga angkot itu pergi dari tempatnya melaju kencang menembus riuhnya jalanan.
"Bodoh banget Angkasa kalo sampe sia-siain orang kayak lo Cha," Bima masih memperhatikan angkot yang kelamaan makin menjauh dari jangkauan padangannya.
"BANG!!"
"Abang ngomong sama siapa sih?" seorang cewek berambut panjang menghampiri Bima yang sedari tadi berbicara sendiri di halte.
"Gak ada kok, adek abang gimana sekolahnya?" tanya Bima gemas lalu mencubit pipi adiknya.
"Aku seneng banget tau hari ini, ternyata enak ya sekolah di sini hehe," ucap gadis itu sambil tersenyum membayangkan adegan di lapangan basket tadi ketika Angkasa mengelus puncak kepalanya.
"Sekarang kita pulang ya, inget kata mama gak boleh kecapean. Kenapa kamu gak sekolah sama abang lagi aja, biar abang mudah ngawasin kamu," ucap Bima lalu berjalan ke motornya dan memberikan helm yang sengaja ia bawa untuk adiknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa [Telah Terbit]
Teen Fiction"Aku sangat beruntung telah bertemu denganmu, aku ingin memberitahumu aku akan datang padamu dan memintamu untuk tinggal di sisiku." Ini kisah tentang Angkasa Kevin Pramudya lelaki berwajah tampan yang membuat siapa saja melihatnya terpana, cowok...