Part 58

4.1K 203 199
                                    

"Aku ingin memperingatkanmu tapi tak bisa, yang ku bisa adalah menghentikkan semua ini"

***

Dua hari telah berlalu dan nanti malam Angkasa dan juga Bima akan melakukan balapan liar di tempat yang biasa di gunakan oleh anak Dark Angel maupun Black Shadow untuk balapan.

Angkasa yang berada di kelasnya tidak memperhatikan gurunya yang sedang berkoar-koar di depan kelas. Pikiran nya kini tertuju pada Acha, jujur saja selama beberapa hari ini ia sangat ketat dalam menjaga pacarnya itu karena ia tak mau Bima mengambil celah untuk menculik Acha.

Kalau gue kasih tau Acha bisa-bisa dia khawatir, gumam Angkasa dalam hatinya. Dirinya sudah memberi tahu kepada anak Black Shadow untuk menjaga Acha selama balapan berlangsung.

Tetapi dia tidak memberitahu Bagas soal ini, kalau sampai Bagas tahu pasti masalah ini akan semakin rumit. Dan jika Bagas datang ke tempat balapan siapa yang nanti menjaga Acha? Anak buahnya bisa saja teledor dan Angkasa tak mau itu terjadi.

"Baiklah anak-anak tugas nya harap di kumpulkan minggu depan dan bapak harap semuanya mengerjakan."

Angkasa yang tadinya sibuk berpikir pun terkejut menatap ke depan ternyata bapak gurunya sudah selesai mengajar.

TET TET TET

Bel sekolah terdengar membuat para teman-teman Angkasa membereskan peralatan tulisnya. Dan setelah selesai memberi salam bapak guru yang mengajar tadi pergi ke luar kelas, membuat suasana kelas menjadi heboh.

Angkasa pun beranjak pergi dari tempat duduknya untuk segera pergi menuju kelas Acha, dirinya harus mengantarkan gadis itu dengan selamat.

"Angkasa entar malem lo beneran jadi?" tanya Dika yang masih sibuk mengambil pulpen di laci teman-temannya dan kemudian berkeliling lagi di pojok belakang.

"Iya emangnya kenapa? Lagipula gue bakal buat perjanjian sama dia," ucap Angkasa sambil menaikkan satu alisnya heran yang melihat kelakuan Dika saat ini.

"Udah lo ngapain liatin si Dika, ilmu nyuri pulpen nya gak usah lo tiru. Jadi kita berdua nanti di suruh awasin rumahnya Acha nih sama si Raka dan juga yang lainnya?" Varo pun menatap Angkasa yang kini mengangguk mengiyakan pertanyaan Varo tadi.

"Kabarin aja kalau ada apa-apa, apalagi adanya tanda-tanda anak Dark Angel mau culik si Acha," kata Angkasa.

"Okee siyapp, yaudah sana lo jemput nyonya entar malah kabur lagi," kekeh Varo lalu membantu Dika yang kini mencari pulpen di meja guru.

"Yaudah gue duluan, kalo kurang gue beliin selusin. Cabut ya!" teriak Angkasa yang kemudian segera berlari keluar kelas.

"Dasar anak sultan, yaudah kita minta Angkasa aja ngapain mungut gini," ucap Dika yang kini menarik Varo keluar kelas sedangkan Varo hanya mengikuti Dika dengan pasrah.

Angkasa berjalan pelan ketika melihat Acha sedang menunggu di depan pintu kelasnya, Acha pun tersenyum senang ketika melihat Angkasa datang ke arahnya.

"Gimana Cha? Gak ada yang jahatin atau yang bully lo lagi kan?" tanya Angkasa lalu menggenggam tangan Acha dengan lembut.

"Gak ada sih, lama-lama orang percaya kalau ternyata papa gue itu gak salah. Gue kayaknya harus ucapin terimakasih deh sama bang Bagas," Acha dan Angkasa pun berjalan ke arah parkiran karena sekolah pun mulai terlihat sepi karena sudah banyak orang yang pulang.

"Berkat bang Bagas fakta yang benar telah terungkap, apa gue kasih bang Bagas hadiah aja ya? Gue ngerasa dia udah banyak bantu gue semenjak mama gak ada. Lo mau kan temenin gue beli hadiah?" tanya Acha dengan semangat empat lima, tapi dirinya hanya kemudian terdiam ketika melihat Angkasa melamun.

Angkasa [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang