Part 36

4.2K 160 32
                                    

"I'm so sick of lie"

***

Angkasa melajukan motornya menuju rumah Acha, ia sudah mengirim pesan agar mereka berdua berangkat bersama ke sekolah.

Tadi malam Angkasa juga menyuruh Acha agar sebaiknya tinggal bersama Bagas, yang notabennya adalah kakak tiri Acha. Angkasa khawatir jika Acha sendirian di rumah besar itu akan terjadi sesuatu yang tidak di inginkan apalagi Acha adalah seorang perempuan.

Detik berikutnya Angkasa telah sampai di depan perkarangan rumah Acha. ia pun turun dari motornya dan masuk ke dalam menuju rumah Acha, sepi dan sunyi itulah atmosfer yang Angkasa rasakan sekarang.

TOK TOK TOK

"Permisi.... Acha jadi bareng gak ke sekolah?" teriak Angkasa sedikit lebih keras supaya membunuh kesunyian yang terasa menusuk di sekelilingnya.

Lalu pintu pun dibuka dari dalam yang kini menampakkan wajah Acha yang tengah tersenyum menatap Angkasa.

"Iya ayoo, aku udah siap nih. Mau sarapan dulu gak?" tawar Acha yang di balas gelengan kepala oleh Angkasa.

"Ngeliat kamu aja udah kenyang kok hehe," kekeh Angkasa sambil mengusap puncak kepala Acha pelan.

"Apaan sih, emang muka aku kayak bakso apa bisa bikin kenyang," jawab Acha sedikit cemberut membuat Angkasa semakin gemas.

"Nih pipi kayak bakso jadi pengen gigit," Angkasa pun lalu mencubit kedua pipi Acha lembut tak ingin menyakiti Acha.

"Tuh kan mirip bakso, tau ah..." ucap Acha ngambek lalu menyilangkan kedua tangan nya di dada.

"Eh- jangan gitu dong, entar cantik nya ilang kalo ngambek," bujuk Angkasa yang sekarang sedikit tertawa kecil melihat tingkah Acha.

"Ayo buruan entar telat!" ucap Acha sedikit ketus, lalu mengunci pintu rumahnya dan berjalan ke arah motor Angkasa.

"Ngambek beneran nih?" tanya Angkasa yang berjalan di samping Acha, dilihatnya muka Acha yang semakin cemberut membuat Angkasa tertawa senang.

"Males samo lo, buruan entar telat nih," Acha yang tidak peduli dengan tawa Angkasa hanya bisa menatap mata Angkasa dengan tajam.

"Maafin deh, abis lo itu lucu banget," Angkasa kini membalas tatapan Acha dengan tatapan teduhnya membuat Acha luluh seketika.

"Lo itu kenapa sih bisa buat gue jatuh hati sama lo? Seolah-olah cuma lo yang ada di hidup gue?" tanya Angkasa yang kini menatap manik Acha dalam, menembus kehangatan di iris mata Acha.

"Pangeran es akhirnya bisa luluh sama orang kayak gue," jawab Acha tersenyum manis, membuat waktu seolah-olah berjalan lambat rasanya momen ini ingin sekali Angkasa abadikan.

Angkasa yang melihat Acha tersenyum pun mengusap kepala Acha pelan, itu adalah hal favorit yang tidak boleh di lupakan.

Angkasa merasa pernah melihat senyum itu, ia merasa tertarik oleh sebuah magnet ke sebuah kilasan masa lalu nya. Bayang-bayang samar seseorang masuk ke pikirannya, di hantui dengan sebuah teriakan dan juga suara air hujan bergemericik yang terasa nyata.

ARRRGHHH

Angkasa memegang kepalanya yang sedikit sakit, membuat Acha pun terkejut lalu menatap Angkasa dengan khawatir.

"Angkasa lo gak papa kan?" tanya Acha sedikit panik, ia tidak pernah melihat Angkasa seperti ini.

"Gue ngerasa Deja vu, senyum lo itu mirip seseorang," tatapan Angkasa lalu berubah menjadi sendu.

"Mirip siapa?" Acha kini menatap mata Angkasa masuk ke dalam mata teduh yang berubah sendu itu.

"Seseorang yang udah ninggalin gue, dia janji gak akan ninggalin gue. Nyatanya dia pergi Cha dan buat gue berubah!! Gue harap lo bukan dia yang ninggalin gue di saat gue butuh seseorang untuk bersandar," tutur Angkasa lalu memeluk Acha erat, ia tak mau di tinggalkan lagi oleh seseorang yang mampu membuat hidupnya hancur.

Angkasa [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang