"Saat kau mulai lelah, tolong lihatlah aku yang ada di belakangmu"
***
Bima yang saat ini sedang mengendarai motornya untuk pergi menuju markas Dark Angel mendadak berhenti seketika, di lihatnya Acha baru saja keluar dari sebuah perusahaan dan menangis.
"Acha! Lo ngapain di sini?" tanya Bima yang menyusul Acha dan kemudian mendekatinya.
Acha yang merasa terkejut karena ada seseorang yang memanggil dirinya pun menoleh ke belakang, "Lo ngapain disini?" tanya Acha balik, ia yang heran dan sedikit terkejut melihat Bima pun langsung menghapus air matanya seolah tidak terjadi apa-apa.
"Gue tadi sih mau pergi eh malah ngeliat lo di sini," Bima pun lalu maju mendekati Acha yang menurutnya sekarang Acha tidak seperti biasanya.
"Lo gak papa Cha? Lo kenapa nangis?" tanya Bima yang langsung melihat wajah Acha yang nampak bersedih dan detik berikutnya Acha langsung memalingkan muka nya.
"Bukan urusan lo!" ucap Acha sedikit membentak, ia tak suka dilihat Bima seperti ini.
"Gue tau kok apa yang lo rasain sekarang Cha, mending lo ikut gue daripada lo jalan gak tentu arah," tawar Bima sambil tersenyum membuat Acha pun berpikir ragu dengan ajakan Bima.
"Mau kemana?" Acha yang masih bingung dengan hatinya saat ini pikirannya tak bisa berpikir jernih, semuanya sangat kacau.
"Udah... ikut gue aja," Bima pun menarik tangan Acha menuju sepeda motornya, dengan ragu Acha pun naik ke motor Bima.
Dengan sebuah senyuman kecil di sudut bibirnya Bima mengendarai motornya, membelah keramaian jalan yang mulai padat.
Setelah beberapa menit Bima mengendarai motornya sampailah ia di taman kota, Acha yang bingung pun langsung turun dari motor Bima. Ia heran kenapa Bima membawanya ke taman, bagaimana Bima bisa tau tempat favoritnya.
"Kok lo bawa gue ke sini sih?" Acha yang heran pun menatap Bima tak percaya.
"Gue tau Cha tempat favorit lo, termasuk semua tentang lo," ucap Bima sambil memandang mata Acha lekat, di tatapnya perempuan cantik itu sambil tersenyum.
"Ehemm," Acha berdehem pelan lalu mamalingkan wajahnya. Saat Bima menatap Acha malah yang ada di pikiran nya sekarang adalah Angkasa.
Angkasa pasti khawatir tentang dirinya, tadi ia ingin mengabari Angkasa tetapi sayang Hp Acha mati karena baterai nya habis jadi ia pasrah jika Angkasa akan memarahinya.
"Ayo Cha kita duduk dulu," ajak Bima yang kini duduk di salah satu bangku taman, dan kemudian Acha menyusul duduk di sebelah Bima sedikit memberi jarak.
"Gue tau lo lagi sedih sekarang, gue turut berduka ya atas meninggalnya mama lo," Bima menoleh ke samping menatap Acha yang saat ini hanya melihat lurus kedepan dengan pandangan kosong.
Acha menghembuskan napasanya kasar, ia sekarang menatap lurus kedepan melihat danau yang sangat tenang tanpa ada orang yang mengusiknya.
"Kenapa hidup gue sekarang jadi gini ya, gue pikir semua orang yang gue sayang bisa gue milikin tapi ternyata enggak mereka lebih dulu pergi ninggalin gue," ucap Acha menunduk lalu menangis, ia tak kuat untuk membendung air mata nya yang memaksa untuk turun.
"Nangis sepuasnya Cha, gue tau lo butuh itu" Bima lalu mengelus punggung Acha pelan supaya ia sedikit tenang.
Sedangkan Acha yang sudah tak tahan lagi akhirnya menangis sekencang-kencangnya tanpa peduli orang di sekitarnya yang kini menatapnya dengan tatapan heran.
"Lo ngapain dia BANGSAT!!" teriak seseorang cowok dari balik punggung Bima dan Acha, dan mereka pun lalu menoleh ke belakang ke arah sumber suara.
"A-Angkasa, lo ngapain disini?" tanya Acha gugup sambil menghapus air matanya, ia tau Angkasa pasti marah dengannya saat ini apalagi Bima sedang bersamanya membuat mata Angkasa kini menatap tajam ke arah Bima.

KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa [Telah Terbit]
Teen Fiction"Aku sangat beruntung telah bertemu denganmu, aku ingin memberitahumu aku akan datang padamu dan memintamu untuk tinggal di sisiku." Ini kisah tentang Angkasa Kevin Pramudya lelaki berwajah tampan yang membuat siapa saja melihatnya terpana, cowok...