Part 32

4.1K 155 10
                                    

"Aku mohon jangan menangis, tersenyumlah meski itu hanya sebuah kepalsuan"

***

Angkasa kini tengah menunggu di perkarangan depan rumah Acha, ia sudah mengirim pesan kepada Acha agar mereka berangkat ke sekolah berdua. Angkasa melihat jam di pergelangan tangan nya sudah pukul 06:42 WIB, tetapi Acha sedari tadi tidak keluar.

Angkasa yang mulai khawatir akhirnya masuk ke dalam rumah Acha, ia lega ketika melihat Acha yang kini duduk sendirian di meja makan tengah melamun. Angkasa tau kalau Acha masih belum bisa menerima semuanya, tapi ia harus bisa membuat Acha bangkit dan tidak bersedih lagi.

"Cha, udah sarapannya?" tanya Angkasa lembut, membuat Acha yang melamun pun terkejut dan menoleh menatap Angkasa.

"Eh- Angkasa sejak kapan lo di situ?" Acha yang terkejut pun lalu berdiri dan langsung menyambar tas yang ada di sebelah kanan nya.

"Sejak beberapa menit yang lalu sih, tapi lo beneran gak papa kan? Kalo emang gak mau sekolah biar gue izinin," kata Angkasa yang kini menatap mata Acha lekat, perempuan di hadapannya saat ini tidak seperti biasanya.

Tidak ada lagi senyuman manis yang Angkasa lihat dari bibir Acha, di lihat nya mata Acha yang sedikit bengkak akibat terus menangis dan juga susah tidur membuat kantung mata Acha menghitam. Penampilan Acha tak serapi biasanya membuat Angkasa khawatir.

"Gue gak papa kok, kalo gue di rumah malah gue terus-terusann sedih jadi gue mau sekolah aja," ucap Acha lalu pergi ke teras rumahnya untuk segera pergi keluar meninggalkan Angkasa yang berada di belakangnya.

"Lo tadi ngelamunin apa Cha?" Angkasa kini menyusul Acha dan berjalan di sebelahnya berdampingan.

"Papa kemana ya, gue bingung kok papa gak pulang tadi malam," ucap Acha sambil menghela napasnya berat ia tidak tau dimana papanya sekarang berada.

"Sabar ya Cha, entar gue bakalan cari tau papa lo dimana," mendengar Angkasa mengucapkan itu membuat Acha berhenti.

"Lo serius? Gimana caranya?" tanya Acha heran, bagaimana mungkin Angkasa tau dimana papa nya berada.

"Tenang aja Cha, gue bakal minta bantuan sama anak Black Shadow biar mereka yang urus," ucap Angkasa sambil tersenyum sombong.

"Makasih ya udah bantuin gue terus," ujar Acha lalu tersenyum kecil walaupun tidak seperti biasanya.

"Nah gitu dong senyum, kurang lebar tau senyum nya," Angkasa kemudian menaruh kedua jempol nya di sudut bibir Acha dan menariknya sedikit supaya Acha tersenyum lebar.

"Ihhh sakit tau," ucap Acha yang kini cemberut tapi hatinya sangat senang akibat ulah Angkasa tadi.

"Mana yang sakit," Angkasa pun mengecek sudut bibir Acha dengan khawatir.

"Bercanda wleee," Acha kini menjulurkan lidahnya ke depan mengejek Angkasa yang tadi sempat khawatir karena dirinya.

"Awas ya Cha, untung pacar," kata Angkasa kini yang mengunci Acha dengan satu tangannya agar Acha tidak bisa kemana mana.

"Angkasa lepas! gak bercanda lagi kok tadi cuman iseng," ucap Acha yang pasrah karena sekarang lengan kekar Angkasa mengunci lehernya membuat Acha kesulitan bergerak.

"Iya iya entar kamu nangis lagi," Angkasa kini melepaskan Acha secara perlahan dan langsung di hadiahi cubitan kecil oleh Acha.

"Nih mamam, gak akan aku nangis wlee," Acha yang sudah puas dengan aksinya akhirnya berlari keluar dimana motor sport Angkasa sedang terparkir di sana.

"Yaudah kita berangkat sekarang entar telat, adegan kejar-kejaran di lanjutin nanti," ucap Angkasa lalu berjalan ke arah motornya dan memakai helm, tak lupa ia juga memasangkan helm yang ia bawa khusus untuk Acha.

Angkasa [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang