"Satu hal yang menyakitkan adalah melihat dirimu terluka"
***
Angkasa masih saja mondar-mandir tidak jelas di tempatnya sekarang, banyak anak Black Shadow yang sudah datang berkumpul di Cafe Senyala Jingga sejak beberapa menit yang lalu. Tak lama kemudian Bagas pun sudah sampai di sana, ia memang datang sedikit terlambat karena ada urusan kantor yang harus di selesaikannya terlebih dahulu.
"Ini udah hampir mau tengah malem, apa kita cari Acha sekarang aja ya bang?" tanya Angkasa menghampiri Bagas yang baru saja datang.
Dari raut wajah Bagas jelas sekali terlihat lelaki itu nampak cemas, tapi ia mencoba untuk berpikir tenang supaya semua ini ada jalan keluarnya dan Acha baik-baik saja.
"Kita bagi jadi beberapa kelompok, kita susuri semua wilayah di deket sini karena Acha gak mungkin bisa pergi jauh-jauh dari daerah sekitar sini. Nanti abang bakalan minta bantuan orang-orang di sekitar sini juga, yaudah kalau gitu sekarang kita berpencar," ucap Bagas lalu segera pergi bersama dua orang anak Black Shadow.
Angkasa yang di temani dengan Raka dan juga Nico pun segera bergegas pergi, dengan perasaan yang sungguh bercampur aduk Angkasa pergi melajukan motornya membelah kesunyian malam yang terasa mencekam.
Motor Angkasa berhenti tepat di sebuah kerumunan orang-orang yang tengah berkumpul, terlihat juga ada Bodyguard yang berpakain rapi di tengah kerumunan itu sedang mencoba bernegoisasi dengan beberapa orang bapak-bapak.
"Ini kalau boleh tau kenapa ya ribut-ribut?" tanya Angkasa kepada seorang ibu yang memakai daster, tengah menonton kejadian tersebut.
"Iya nak, ini dari tadi masalahnya gak kelar-kelar. Si bapak itu gak terima istrinya kecelakaan gara-gara ada anak sebesar kamu ini yang nyenggol motor istrinya duluan terus di bawa ke rumah sakit deh sekarang, tadi itu si pelakunya ada tapi tiba-tiba aja ada orang yang pake jas itam aneh datang ke sini," tutur ibu itu panjang lebar membuat Angkasa menatap Bodyguard yang tak jauh beberapa meter darinya itu.
"Terus yang nabrak dimana orangnya sekarang, ibu tau gak?"
"Kalo tau mah pasti udah di gebukin sama orang sekampung, ini kami semua lagi nunggu anak itu datang lagi ke sini kalau tidak ya mau gak mau lapor polisi, orang anaknya itu aja kalo ngomong gak sopan siapa ya namanya Bi—m, Bimo atau siapa gitu,"
"Maksud ibu Bima?!!" ucap Angkasa sedikit terkejut lalu menatap ibu-ibu di depannya ini dengan tatapan meminta penjelasan.
"Nah itu, kok kamu tau nak? Itu temen kamu ya? Atau kamu sekongkol sama dia," Ibu itu pun menunjuk Angkasa dengan tatapan mengintimidasi.
"Eh ibu ibu, temen saya ini mah anak baik-baik. Kita gak kenal sama yang namanya Bima itu, iya gak Angkasa?" Nico pun nyengir di depan ibu itu lalu mencoba menarik Angkasa pergi dari situ.
"Lo ngapain sih mainnya sama ibu-ibu, fokus dong cari Acha bukan malah ngurusin tuh Bima curut," ucap Nico jengah lalu menghembuskan napasnya dengan kasar.
"Kalo Bima ada di sini tadi, bisa jadi kan Acha di bawa pergi sama dia," Angkasa menatap mata Nico dengan tatapan tajam sedetik itu juga aura Angkasa berubah, dingin dan beku seperti es batu.
"Jangan nethink dulu lah, yakali orang serame ini terus si Bima itu pergi berdua sama Acha," Raka yang semula diam pun akhirnya bersuara.
"Kenapa firasat gue itu selalu gak enak, gue yakin pasti terjadi sesuatu sama Acha," Angkasa kini berganti menatap manik mata Raka, menatap lelaki di hadapannya ini dengan tatapan yang bisa Raka baca.

KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa [Telah Terbit]
Ficção Adolescente"Aku sangat beruntung telah bertemu denganmu, aku ingin memberitahumu aku akan datang padamu dan memintamu untuk tinggal di sisiku." Ini kisah tentang Angkasa Kevin Pramudya lelaki berwajah tampan yang membuat siapa saja melihatnya terpana, cowok...