6. Gawat!

1.5K 91 6
                                    

“Rin, lo kenal cowok yang di parkiran tadi?” tanya Renata yang benar-benar tak bisa ditahan lagi rasa penasarannya.

Airin yang sempat melamun itu menatap Renata. “Ya kenal, emang kenapa? Lo kenal juga ya sama dia?”

“Sedikit.”

Airin membulatkan mulutnya, ia berdeham berpikir mau mulai dari mana untuk menjelaskannya pada Renata.

“Dulu, ibunya pernah kerja di rumah gue jadi ART. Ya kira-kira dari gue kelas 2 SD sampe kelas 2 SMP. Ibunya Dimas ga kerja lagi di gue karena saat itu di rumah ada Oma sama Tante perempuan gue yang saat itu masih anak kuliahan. Yaudah deh jadi mama gue ga perlu asisten lagi.”

“Oh.”

“Ya ampun Ren 'oh' doang? Gue panjang lebar woy, Sukro!”

“Gue belom selesai ngomong!” katanya, “Kenapa ga dibutuhin lagi? Kan bisa bantu Oma lo kalo ada apa-apa.”

“Gatau juga gue...”

Renata menganggukkan kepalanya.

“Kalo lo sendiri? Kenapa bisa kenal Dimas?”

Renata mulai menceritakan awal pertemuannya dengan Dimas di depan kedai sosis. Lalu kejadian di rumahnya. Airin sempat kesal sendiri dengan sikap Renata pada cowok yang sedang mereka bicarakan.

“Terus, lo temenan sama dia?” Airin memajukan wajahnya untuk menatap mata Renata dengan jelas.

“Pertanyaan lo ga jelas sumpah.”

Airin berdecak. “Maksud gue, lo ga mau nambah temen?”

“Apaan si, Rin? Ya kalo temenan ya yaudah, ribet amat lo.”

“Ya ampun nanya doang kali gue,” kata Airin kicep. Lalu makanan keduanya datang dan disusul minumannya.

“Pulangnya anterin gue nyari buku yuk?”

“Males ah, lama lu kan.” Maaf Rin, temenmu itu emang ga dipagerin mulutnya.

“Ck! Yaudah ngopi gimana?”

“Kayak anak hits aja lo gayanya,” kata Renata yang niatnya mengejek.

“Ya ampun, cuma pengen ngopi ama WiFi-an doang Ren, sumpah!”

Renata menggelengkan kepalanya sambil menguyup kuah sotonya. Heran dengan temannya satu itu, sekaligus kagum. Pasalnya Airin adalah anak dari seorang pengusaha besar, punya dua mobil pribadi dan memiliki banyak rumah di daerah ibukota.

Tapi gaya hidupnya merendah, tak pernah memamerkan harta benda pada siapapun. Temannya banyak dan sifatnya yang terbuka. Kadang Renata bingung sendiri mengapa Airin selalu ada untuknya, bahkan mau bersabar untuk menghadapi sikapnya yang menyebalkan.






Sekitar jam 8 malam, Wirawan pulang dari kantor dan cepat-cepat untuk menemui anak kesayangannya. Ternyata saat membuka kamar Renata, Wirawan mendapati satu perempuan lagi yang sempat membuatnya terkejut.

“Hai, Om! Apa kabar?” kata Airin dengan semangat '45.

“Baik dong, oh iya tumben kamu main?”

“Ah iya Om, aku sama Renata lagi akur,” ucap Airin yang membuat laki-laki berwajah lelah itu tertawa.

“Yaudah yaudah, Om mau mandi dulu. Kalian udah makan?”

“Udah kok Om, yaudah deh sekalian Airin pamit pulang, ya.”

“Loh kok pulang?”

“Iya Pah, sebenernya udah dari tadi dia mau pulang tapi baru selesai beres-beresnya. Lagian diajak nginep ga mau.” Renata yang sejak tadi diam mulai membuka mulutnya.

RENATA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang