“Ya ampun! Soalnya susah banget!” gumam Airin sambil melihat beberapa lembar soal sejarah.
“Rin, gue ga ngerti nih,” ucap Eka yang duduk dengannya. Bahayanya, mereka duduk paling depan.
“Gue juga! Coba lo tanya Namida,” kata Airin.
“Jauh atuh!”
“Ekhem!” tegur Pak Dewa. Airin dan Eka langsung diam. “Kalo berisik keluar aja!” peringatnya. Airin bergerak perlahan untuk mendapat posisi duduk yang nyaman.
Rasanya ia adalah manusia paling bodoh karena tidak mengerti pelajaran sejarah. Padahal yang dibahas adalah tanah airnya sendiri.
Lalu kelas menjadi gaduh karena Pak Dewa keluar. Semuanya berloma-lomba untuk mendapatkan jawaban, karena memang waktu tinggal tersisa 30 menit lagi. Suara Stefany yang begitu memekakkan telinga membuat Airin berkali-kali menahan kesabaran.
Airin diam dengan pikirannya, menerawang kira-kira siapa sosok yang menjadi ketua di BPUPKI. Sungguh ia lupa!
Suasana kelas seperti sedang di pasar. Airin semakin menerawang dengan caci-makinya yang ia lontarkan pada si pembuat soal.
Essay begini malah dikasih soal SMP! Gue kan lupa, ya Tuhaaaan.
“Duh gue cuma inget jumlah anggotanyaa...” gumam Airin. Tangannya memijat pelipis.
“Aha gue inget!!” ucapnya. Langsung ia menuliskan di kertas jawabannya dengan detail.
Dr. K.R.T. Radjiman!
Yuhu. Airin pun langsung berdiri dan memberikan kertas lembarnya pada Pak Dewa, yang kebetulan baru kembali.
Sementara di tempat lain, Julia kelimpungan. Pasalnya ia duduk dengan Zaskia yang nolepnya kebangetan. Masa disuruh nanya aja dia gamau! Menyebalkan.
“Zas coba lo yang nanya ke Namida, itu deket tuh.”
“Ah, ntar ketauan.”
“Ish! Bentaran, ga bakal ketauan deh! Sumpah-sumpah gue gatau jawaban nomor 16.”
Julia menyerocos sampai-sampai Pak Dewa menatapnya sinis. Dengan isyarat singkat dari Zaskia untuk memberitahu perihal pengawas itu, Julia langsung diam.
Dan karena menyadari Airin sudah keluar, Julia mencari-cari kesempatan untuk mengajak Airin bertelepati.
Sayangnya semua siswa juga tidak ada yang berani menghidupkan ponsel. Karena singa kelaparan lah yang mengawasi mereka.
♡
“Sumpah tadi susah banget!” keluh Julia. Tangannya sibuk memijat-mijat pelipis.
“Apa lagi aku?” gumam Namida. Semuanya langsung tertawa karena baru sadar kalau Namida bukanlah orang Indonesia.
“Eh, ketua BPUPKI itu Ir. Soekarno 'kan?” tanya Laluna.
“Dr. Radjiman!!” teriak yang lain termasuk Namida.
“Anjrit, gue diboongin Ujang! Dasar Setan!”
“Makanya Lun, nanya tuh sama orang yang beneran dikit.”
Semuanya tertawa kala melihat ekspresi Laluna yang begitu memprihatinkan. Untung saja itu adalah ujian terakhir mereka setelah satu minggu diberikan asupan menegangkan.
“Oiya, aku mau nyoba jus alpukatnya Bu Dita. Kalian ikut ga?”
“Emang baru?”
“Baru! Kelihatannya enak banget. Yuk yuk!”
KAMU SEDANG MEMBACA
RENATA ☑️
Novela Juvenil[27/03/2022] Rank 1: #Cutsyifa Kisah seorang Renata yang tidak pernah peduli terhadap sekitar. Memiliki rasa tak suka dengan ibu kandungnya sendiri karena sudah pergi meninggalkannya. Sampai akhirnya, banyak konflik perdebatan dengan sahabatnya term...