37. Boyfriend

570 55 7
                                    

Sekarang mereka sedang memilih baju di salah toko pakaian terbesar di mal itu. Renata sudah membawa beberapa kaus dan satu jaket. Jerry terus mengikutinya dari belakang.

Lalu muncul Tari dengan troli yang ia bawa.

“Ren, temenin gue ke sana, yuk? Kayaknya bajunya keluaran terbaru.”

Renata mengiakan, lalu keduanya melangkah lurus. Renata masih memikirkan apa benar kalau Stefany lah yang menuduhnya. Tapi, tak mungkin. Perempuan itu saja ikut kaget saat mengetahui kabar dari Instagram waktu itu.





Renata pulang lumayan sore, langit pun hampir gelap. Di rumah ia mengisi waktu luangnya dengan menonton acara televisi.

Lalu datang Bik Ila dengan jus dan kue lapis yang menarik perhatiannya. Bik Ila ingin berlalu namun Renata menahannya.

“Iya, Non?”

“Bik, saya mau nanya,” kata Renata sebagai pembukaan. “Eum... Waktu itu 'kan temen saya pernah ke sini. Perawakannya tinggi, putih sama rambutnya sedikit pirang. Saya mau tau, apa dia mencurigakan gitu, Bik?”

Bik Ila mulai mengingat-ingat. “Oh... yang main pas Non lagi diskors, ya?”

“Iya.”

“Iya Non, dia ada nanya-nanya ke Bibik, dia nanya siapa Dimas. Terus dia juga ngeliatin Dimas kayak gimana gitu, Non. Emangnya ada apa?”

“Dia nanya apa aja?”

“Pertamanya ngeliatin Dimas, terus pas Bibik lewat dia nanya 'Itu siapa?' sambil nunjuk Dimas. Ya Bibik jawab, anaknya Bu Aisyah, ART di rumah ini. Terus dia bales ‘Oh anak pembantu!’ gitu.”

Renata menekan kedua bibirnya, sambil berpikir apa gunanya Stefany menanyakan itu.








“Dimas!” panggil Renata. Di hari libur itu ia hanya menghabiskan waktu di rumah, jadi tak ada salahnya kalau sore itu ia pakai untuk bersama Dimas.

“Apa?”

“Temenin gue, yuk?”

Dimas mengangguk, lalu keduanya pergi. Renata mengajak cowok itu ke sebuah tempat.

“Mau ke mana, sih?”

“Nanti juga lo tau.”

Keduanya berjalan menyusuri jalan setapak yang ada di ujung perumahan. Keduanya berjalan karena sekalian ingin menikmati udara sore.

“Ini dia!” Renata merentangkan dua tangannya.

“Wah! Lo bisa tau tempat ini?”

“Ya bisalah! Gue tinggal di sini udah belasan tahun masa ngga tau.”

Dimas terkekeh. Matanya menatap senja yang terlihat begitu menawan. Di bawah sana, kira-kira 8 meter ada sungai dengan banyak eceng gondok.

Pinggirannya nampak seperti jurang, hanya tanah kokoh yang entah akan membawa keduanya jatuh atau tidak. Dimas duduk lebih dulu dengan daun pisang bekas yang menjadi alasnya. Ia juga menyiapkan untuk Renata.

“Bagus, ya. Indah banget.”

“Jelas lo lebih indah, Renata.”

“Berhenti ngerayu gue, ga mempan!”

Dimas terkekeh. Renata pastinya berbohong, sejak kemarin pun Dimas lah cowok yang berhasil membuatnya tersenyum.

“Ren, lo tau ga kenapa senja itu indah?”

RENATA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang