25. Matematika

794 64 20
                                    

Airin sedang membaca deretan kalimat di buku super tebalnya. Buku-buku referensi, sejarah, bahkan dongeng pun ia baca malam itu. Kurang lebih ia sudah duduk di sana sekitar 4 jam.

Matanya masih terus membaca, tetapi keram di lehernya membuat Airin harus menegakkan tubuhnya lalu membunyikan sendi-sendi di lehernya itu.

Ia menutup buku-bukunya dan mulai memainkan pulpen. Merangkai semua penglihatannya selama beberapa hari itu menjadi alur cerita yang masih belum jelas.

Oh iya, dua minggu lagi Renata udah masuk sekolah. Berarti secepatnya gue harus bilang ke dia, atauu... gue--eh ngga-ngga! Tunggu masuk sekolah aja.

Airin berdiri dan menidurkan tubuhnya di kasur empuk berselimut tebal. Karena besok adalah hari pertama ia ujian.

Lalu terdengar suara notifikasi dari ponselnya. Dari suara notifnya sih Airin pikir dari Dion, karena untuk cowok itu Airin memberinya notifikasi khusus. yaela bucen :/

 yaela bucen :/

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Airin dengan totebag berukuran sedang yang ada di bahu sebelah kanannya itu berjalan dengan tergesa-gesa. Meski ujian dimulai satu jam lagi, tapi Airin harus buru-buru duduk di kelasnya untuk belajar.

Ia sangat semangat untuk ulangan kali itu, karena akhir-akhir ini nilai hariannya menurun. Ya, alasannya tidak jauh-jauh dengan kegiatannya yang menjadi detektif.

“Eh, Rin? Udah dateng aja lau,” kata Eka. Perempuan itu sedang membersihkan kelas, memang Sie. Kebersihan terbaik.

Airin mulai membuka buku pelajarannya dan matanya bergerak mengikuti deretan kalimat.

“Iya nih, kalo berangkat jam setengah 8, jalanan dari rumah gue macet. Sekaligus mau belajar, lo ga belajar dulu, Ka?”

“Udah semalem, ga mood gue. Masa ulangan pertama matematika. Udah ah jangan ngomongin matematika, gue makin mumet. Yaudah gue keluar dulu ya, mau ke kelas sebelah, bye!”

Airin hanya terkekeh karena melihat aksi konyol temannya. Padahal yang membahas matematika dirinya sendiri, bukan Airin.

Kelasnya begitu sepi, hanya dirinyalah satu-satunya makhluk hidup di sana. Tapi, itu keuntungan baginya karena bisa berkonsenterasi memahami materi.

“Ohayou gozaimasu! (selamat pagi!)” ucap Namida bersemangat. Airin mendongakkan kepalanya lalu tersenyum.

“Morning too! Sini duduk, lo udah belajar, Na?”

Namida meletakkan tasnya terlebih dahulu di meja barisan kedua. Lalu membawa buku paket matematika dan duduk di samping Airin.

“Udah,” balasnya.

Keduanya saling bertanya tentang kira-kira soal seperti apa yang akan keluar. Mereka juga mencoba untuk menjawab soal-soal yang ada di buku.

Lalu kelas semakin ramai, ternyata Julia datang terlambat bersamaan dengan Laluna. Untung saja masih dimaklumi karena hari pertama ujian.

RENATA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang