13. Dihukum Lagi

945 74 0
                                    

DIMAS point of view began

Rupanya di malam ini, gue bisa deket sama perempuan bernama Renata. Dia ngajak gue ngobrol, bercanda dan dia juga sedikit-sedikit bisa terbuka sama gue.

Rasanya seneng banget! Matanya indah, senyumnya juga... rasanya kalo dia senyum, gue ga bisa beralih seakan dunia gue cuma buat dia.

Di perjalanan pulang, keliatannya dia ngantuk. Andai aja gue bisa ngendarain mobil ini, pasti gue gantiin dia sejak awal. Tapi mana bisa? Naik mobil aja sebelumnya ga pernah! Paling angkot, hahaha.

“Mulai besok, setiap lo ga ada kerjaan, lo bisa ke rumah gue. Bilang sama Pak Joko kalo lo gue suruh belajar mobil,” kata dia. Suaranya tenang, seperti biasa.

“Iya.”

Obrolan senyap, hanya terdengar alunan musik ber-volume kecil dari radio mobil. Gue lirik Renata sekilas, seumur-umur, baru kali ini gue naik mobil mewah sekaligus sama perempuan secantik dia.

Mungkin hari ini, gue udah jadi fanboy-nya Renata, hahaha.

Sampai akhirnya kami sampai di rumah milik Pak Wirawan. Renata turun walau mobil belum terparkir sempurna, tapi tanpa cakap, Pak Joko langsung mengambil kunci pemberian Renata dan memasukkan mobil ke dalam garasi yang luas.

Gue ikut turun dan nyari di mana ibu, dan bingungnya... kenapa senyum ini ga bisa lepas? Terlalu senang kah gue?

RENATA point of view began

Hubungan gue sama Airin kenapa jadi kayak gini, ya? Apa gue terlalu egois? Padahal waktu itu, gue cuma nanya kenapa Airin mau relain waktunya buat nemuin gue, tapi salah gue juga sih kenapa ucapan gue terdengar seperti mengusir. Jadi ngga salah kalo Airin beranggapan lain.


Gue jadi inget, semua tawa yang pernah gue keluarin karena ulahnya. Gue inget, saat di mana dia harus berlagak seperti artis yang sedang bermain drama. Gue yakin itu malu-maluin banget! Karena satu kelas nontonin dia, dan alasan dia ngelakuin itu adalah demi ngeliat gue ketawa.

Tanpa basa-basi, tangan gue nemuin foto kami di HP. Dia orangnya ceria banget, senyum mulu. Dan dari semua anak perempuan di kelas, kenapa dia deketnya cuma sama gue, ya?

RENATA point of view ended

Malam berganti pagi, rasanya Renata tak sabar menanti kembalinya dua sejoli akrab yang terus bersama. Airin. Satu nama yang berhasil membuatnya bersemangat untuk datang ke sekolah.

Renata dengan piamanya menuruni tangga untuk ke kamar papanya. Ternyata sang papa masih bersiap untuk ke kantor. Dengan kemeja biru tua dan celana hitam panjang.

“Pah, sepagi ini udah mau ke kantor?”

“Iya, Papa ada perlu juga soalnya.”

“Yaudah, aku tunggu di meja makan aja, ya? Jangan lupa rambutnya dirapiin,” ujarnya. Lalu keluar.

Wirawan tersenyum. Ternyata rasanya amat bahagia, diperhatikan oleh putrinya sendiri.

Renata menarik kursinya dan duduk tenang sambil memainkan ponsel. Datanglah Bik Ila dengan beberapa lembar roti tawar di nampan.

RENATA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang