28. Duka Airin

727 59 8
                                    

“Gue mau lo sebarin cerita ini ke semua temen-temen lo. Dan kalo mereka nanya kata siapa atau sumbernya, lo bilang aja dari temen lo yang sekolah di Butara. Pokoknya kalo perlu lo kasih unjuk foto Renata,” jelas Stefany sambil menuangkan sebotol wine ke gelas kaca berukuran kecil.

“Iya Stef. Gue juga punya temen yang megang akun gosip di sekolah, bisa dijadiin sarana tuh!”

“Nah bagus! Gue juga udah nyuruh adek kelas untuk ngeviralin satu sekolah. Supaya disorot admin ghibah,” jelas Stefany. Sungguh perempuan licik.

Airin benar-benar sudah tak tahan dengan ucapan Stefany.

“Pokoknya kita tunggu waktu yang tepat. Pasti semuanya bakalan jadi kejutan!”

Airin dan Dion masih kebingungan rencana apa yang dibicarakan. Karena mereka hanya mengulang-ulang alur cerita tentang akun ghibah, nama Renata-Dimas dan hal membingungkan lainnya.

Harusnya Airin datang saat ulangan terakhir waktu itu. Namun, ia tak berpikir sejauh itu kalau rencananya untuk Renata.
“Dimas siapa?” tanya Dion.

“Ga tau ah!” ketus Airin. Dion memanyunkan wajahnya.

“Datengin aja kenapa sih, Yon? Gue udah muak banget! Lagian juga mereka cuma bertiga!”

“Ngaca dong, Mbak! Anda sendirian sekarang!”

“Hah? Terusnya lo apaan kalo gue sendiri?!”

“Ya gue 'kan ga ikutan kalo lo berantem sama mereka. Dikira gue cowok apaan!”

“Eh itu suara orang, ya? Lo denger ga sih?” kata teman Oliv. Stefany dan Oliv mencoba menajamkan pendengarannya.

Dion langsung membekap mulut Airin supaya tidak membalas ucapannya. Dion langsung mengajak Airin pergi dari tempat itu.

“Yon, kita belum dapet apa-apa. Masa udahan, sih?!” omel Airin saat keduanya sudah di dalam mobil.

“Gue udah ngambil beberapa foto. Di situ, jelas banget Stefany lagi neguk wine. Bisa jadi bukti kalo ada apa-apa sama lo.”

Airin terkesima. Ia meraih ponsel Dion lalu melihat hasil jepretannya.

“Oiya, ada rekaman dua cewek itu juga pas di mal. Lo belom denger, 'kan?”

Dion mengutak-atik sebentar ponselnya lalu membunyikannya. Airin masih terdiam, fokus juga untuk mendengarkan apa yang dibahas di sana. Setelah selesai, Dion tersenyum.

“Kenapa?”

“Hah? Kenapa apa?” balas Dion.

“Kenapa lo peduli sama gue? Kenapa sebegitu kerasnya lo ngebantuin gue, Yon?”

“Apa sejauh ini lo belum bisa menyimpulkan apa-apa, Rin?” tanya balik Dion dengan senyuman manisnya.

“Apa?”

Dion meraih telapak tangan Airin. “Karena gue sayang sama lo.”

Deg.

Padahal, sebelumnya Airin sudah yakin akan ada saatnya Dion menyatakan itu. Dan dibayangannya, pasti momen itu sangat ceria karena ia tau seperti apa sosok Dion.

Namun saat ini, rasanya sangat surprise. Airin menahan harunya, bahagia sekali bisa mendengar ucapan Dion sehalus itu.

“Udah ngerti 'kan sekarang?” Dion menaikkan satu alisnya.

Airin menutup wajahnya dengan telapak tangan dan menangis. Sungguh ia tak mengerti mengapa suasananya sungguh haru.

“Lah lah? Kenapaaa?”

Airin menjauhkan tangannya lalu mendorong bahu Dion pelan.

“Bisa ga sih kalo orang lagi nangis jangan diledekin! Kan lucu jadinya!” omel Airin lalu tawaannya terdengar bersamaan dengan tetesan air matanya yang jatuh.

I love you too-nya mana?”

“Ngga ah!”

Dion tertawa singkat. Lalu menghidupkan mobilnya. Airin menatap cowok di sampingnya.

“Gue sayang sama lo, pake banget.”




Airin diantar Dion pulang ke rumah dengan selamat. Cowok itu tidak berhenti tersenyum entah karena apa. Airin masuk dan seperti biasa pasti rumahnya sepi. Kedua orang tua Airin bekerja dan pulang hampir larut malam, dan baru ada waktu di hari libur.

Airin ke kamarnya, meletakkan peralatan sekolah dan merebahkan tubuhnya. Pikirannya dikuasai Dion, cowok itu mampu menggantikan posisi Renata yang sebelumnya trending 1.

Senyum terukir jelas di sana, hatinya berbunga-bunga dengan wajah Dion yang menjadi bayangannya.

Lalu terdengar notifikasi panggilan, Airin menarik tasnya untuk membalasnya.

“Mama!” ucap Airin senang saat mengetahui mamanya lah yang menelepon.

“Hallo, Mah?”

“Sayang kamu di mana?”

“Di rumah, Mama kenapa panik gitu?”

“Yaudah jangan ke mana-mana.”

Panggilan berakhir. Airin masih bingung apa yang terjadi, apa ada barang yang tertinggal? Atau ada kasus perampokan di dekat rumah mereka?

Airin mengisi ulang daya ponselnya lalu mengambil laptop untuk menonton web series. Meski tak bersama Renata, tapi rasanya web series itu mampu menghilangkan rasa rindu.

Tiba-tiba ada suara notifikasi kembali terdengar, notif yang khusus..

Dion
Airin, tau ngga, aku ganteng loh!

“Apaan siiiii?”

Airin tertawa karena pesan singkat penuh hujatan itu. Rasanya ingin ia jambak rambut Dion sampai akarnya. Entah mengapa jadi cowok tingkat PD-nya terlalu tinggi.

Setelah berbalas chat, pintu kamar Airin terbuka dan terlihat sosok Arina, mamanya.

“Mama udah pulang?” tanya Airin. Ia berdiri untuk memberi kecupan seperti biasa.

Air mata jatuh dari bendungan Arina, Airin membatu di tempat. Arina buru-buru menarik Airin ke dalam pelukannya.

“Oma udah ngga ada, Sayang.”

“Oma?” tanya Airin dengan gemetar. Air mata ikut membasahi pipinya.

Oma atau Nek Runi, adalah ibu dari Arina yang sangat dekat dengan Airin. Satu tahun lalu ketika Oma masih tinggal bersamanya, Oma meminta untuk kembali ke rumahnya yang ada di Solo. Sebenarnya keluarga Airin sempat melarang, tapi mau bagaimana lagi? Oma meminta di saat hari ulang tahunnya.

“Kamu sekarang mandi,” suruh Arina. Airin hanya mengangguk.

Arina langsung mengambil koper dan memasukkan beberapa baju dan celana Airin ke sana.

Ari, sang suami pun datang dan langsung memesan tiket pesawat. Airin menangis sejadi-jadinya, sekarang Oma sudah menyusul Kak Aina.











---------------------------------



Sabtu, 25 April 2020
850 kata
05.40

RENATA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang