Airin duduk di kursi kayu dengan arah pandangan ke papan tulis. Menyalin sedikit catatan yang diberikan Bu Erna. Benar-benar bukan Airin Hayda yang sebenarnya, Renata dibuat tak fokus akan hal itu.
"Rin, pulang sekolah makan dulu, yuk?" ajak Renata. Rupanya ia sudah tak tahan dengan suasana seperti itu.
"Ah, ngga Ren, gue mau langsung balik aja. Kepala gue pusing, lagi ga enak banget badan gue. Sorry ya," kata Airin.
Dan ya, BOHONG.
Airin berbohong, ia tak pandai menyembunyikan sesuatu pada sahabatnya. Tapi, dengan sekuat tenaga ia menahan perasaannya. Mungkin saja besok Renata sudah seutuhnya bermain padanya lagi seperti biasa dan Stefany sudah bermain dengan siswa lain.
Dan sebisa mungkin, ia membuat Renata tak curiga padanya tentang berubahnya sikap seorang Airin. Begitulah yang akan seseorang lakukan jika menjalani pertemanan dengan begitu tulus.
"Mau ke UKS?"
"Ngga, kalo buat nulis doang gue bisa kok."
♡
Lagi-lagi, Stefany tak lepas dari pandangan Airin. Perempuan itu selalu saja mengikuti Renata ke mana dia pergi. Dan anehnya, Renata tak terlihat risih seperti saat Airin yang melakukannya.
Airin pikir Renata memang sudah berubah, karena Airin hafal betul seperti apa perempuan berkumis tipis itu.
Karena seorang Renata Syafa Muawiyah adalah sosok perempuan yang dingin, sangat jaga jarak dengan orang yang tak ia kenal. Dan paling tak suka jika kegiatannya diganggu, apalagi tadi, Stefany sedikit memaksa Renata ke toilet, padahal Renata sama sekali tak suka dipaksa.
Airin saja masih mikir-mikir kalau memaksa Renata. Pasalnya perempuan itu akan bersikap tak peduli dan benar-benar ngambek tingkat akhir.
Dan di hari yang baru ini, jadwalnya kelas mereka mengolahragakan tubuh masing-masing di pagi hari.
Stefany sudah mempunyai banyak teman pastinya. Tapi tetap saja, dengan Renata. Dan Airin harus rela mundur ke belakang barisan supaya Stefany bisa berbaris persis di belakang Renata.
"Lah Rin, lu lagi slek sama Renata? Tumbenan," kata Julia, salah satu teman kelasnya.
"Tau Rin, itu anak baru ngape jadi deket ma temen lau?" tanya Eka, anak Betawi yang sudah sedikit luntur logatnya karena sedang mendalami logat bahasa Minang.
"Ngga kok, gue sama Renata gapapa, lagi pengen di belakang aja," kata Airin dan menatap Julia dan Eka.
Airin menatap punggung Renata yang masih bisa ia lihat. Entah mengapa, rasanya hari itu ia merasa sendirian.
♡
Sepulangnya dari sekolah, Renata menjalankan mobilnya keluar dari basement sekolah. Dan di persimpangan ia berhenti karena lampu merah.
Parahnya ia lupa kalau tadinya ia merencanakan untuk main ke rumah Airin karena ingin menjaga jarak dengan Wirawan.
Renata meraih ponselnya yang ada di dalam tas. Tangannya masuk ke dalam tas dan menarik benda tipis dengan casing HP bergambar mawar hitam.
Rupanya Renata menelepon Airin dan menunggu panggilannya diangkat. Dengan satu tangan yang memegang ponsel, Renata membawa mobilnya dengan satu tangan lainnya dan berjalan di pinggir supaya tak menyusahkan pengendara di belakang.
Panggilan diangkat.
"Halo Ren, kenapa?"
Nah kan, Renata semakin percaya kalau Airin ada masalah dengannya. Karena setiap Renata menelepon perempuan itu terlebih dahulu, pasti akan disambut dengan suara Airin yang menggelegar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENATA ☑️
Teen Fiction[27/03/2022] Rank 1: #Cutsyifa Kisah seorang Renata yang tidak pernah peduli terhadap sekitar. Memiliki rasa tak suka dengan ibu kandungnya sendiri karena sudah pergi meninggalkannya. Sampai akhirnya, banyak konflik perdebatan dengan sahabatnya term...