34. Kata Bik Ila

653 54 6
                                    

Stefany dan Renata masuk ke kelas dengan teh kotak di tangan mereka. Stefany ke bangkunya untuk mengambil tas, setelah kembali, ia menatap Namida sinis.

“Heh Jepang, nih tas lo! Gue duduk sama Renata.”

Namida berdiri dari kursi Julia, ia mengambil tasnya dengan cepat. Stefany langsung duduk dan mereka berdua terlihat mengobrol seru.

“Figlio di puttana (dasar lu anak perek)! Gatau diri banget, bangsat!” teriak Julia dengan campuran bahasa Italy. Namun  Stefany tak menggubrisnya.

“Artinya apaan?” tanya Eka yang rela memutar badannya untuk bertanya hal tak penting itu.

“Gue cantik!” pekik Julia kelewat kesal.

Airin masih menelungkupkan kepalanya. Rambutnya menutupi wajahnya dan terlihat matanya tertutup. Namida juga pindah ke belakang dan duduk di samping Zaskia.

Bel masuk terdengar, datanglah Bu Citra dengan laptop di tangannya. Pembelajaran dimulai dan semua murid mendengarkan penjelasan Bu Citra. Airin nampak tak fokus saat pandangannya mendapati Renata yang sedang bersenda gurau dengan Stefany.

“Rin! Jangan ngelamun,” kata Julia menyadarkan. Airin mengangguk dan kembali mencatat materi singkat yang ada di papan tulis sana.








Di jam istirahat kedua, Dion datang dengan beberapa makanan yang ia bawa untuk Airin dan teman-temannya.

Airin sudah tak menangis, namun wajahnya sepi dengan senyuman yang biasanya terbentuk di sana. Dion duduk di kursi yang sebelumnya diduduki Laluna.  Dion memperhatikan Airin yang sedang menulis, ia sempat bilang kalau pekerjaannya akan tanggung jika disudahi.

“Yon, lo ada cara?” tanya Luna, ia duduk di sebelahnya.

Semua ciwik-ciwik itu menatap Dion serius, mereka berharap masalah itu cepat terselesaikan.

“Mereka udah ke kantin?” tanya Dion pelan sambil mengode yang lain untuk melihat ke belakangnya.

“Udah,” sahut Zaskia. Dion mengangguk.

“Belom sih sebenernya,” kata Dion. Membuat beberapa keplakan mendarat di bahunya.

“Eh lo udah jadian ya sama Airin?” tanya Julia. Bibirnya sudah bersiap untuk berteriak ‘CIE!’

“Kepo lu, udah nih makan!”

“Jhaaaa salting, dasar botak!”

“Gue ga botak!!”

Airin tertawa dan menutup mulutnya karena benar-benar ngakak. Yang lain akhirnya berbincang seru dan istirahat di kelas.








“Gue duluan,” kata Renata lalu pergi. Stefany nampak tersenyum ramah, tapi nyatanya itu adalah senyuman kemenangan baginya. Stefany mulai berjalan keluar sekolah dengan ponsel yang ia mainkan.

Sementara di tempat lain, Namida sedang memohon-mohon pada Julia untuk membatalkan rencananya melabrak Stefany. Airin juga sudah pulang lebih dulu karena kepalanya pusing.

“Na, tu orang kalo ga dibacotin nambah songong. Lu tega Airin digituin?”

“Tapi 'kan bisa ga usah pake kekerasan, Julia. Aku takut nanti kamu yang kena, gimana kalo nanti kamu menang, terus besoknya dia bawa temen? Nanti kamu diapa-apain.”

“Gue bawa lagi lah temen gue, emang dia doang yang punya backing-an!”

“Tapi firasat gue juga gitu si Jul, dia kan orang slengean. Pasti temen yang kek gitu banyak, emang elo, temen aja kebanyakan yang kayak Zaskia. Nolep.”

RENATA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang