38. Alasan yang Terungkap

572 58 29
                                    

"Pokoknya aku udah ngelarang kamu untuk ga berantem ya, Julia."

Namida begitu melarang Julia untuk berbuat aneh. Karena ia mendengar sendiri percakapan perempuan blasteran Italy itu dengan Laluna.

Namida pergi, bel pulang sudah terdengar sejak sepuluh menit lalu. Julia masih berdiri bersandar pada tembok kelas, menunggu sasaran keluar tanpa sepengetahuan Namida.

Yap.

Stefany keluar, bersama Renata. Julia tentunya tidak menyapa Renata, buat apa juga? Ia sudah terlanjut kesal dengan keduanya, tapi tetap saja hanya Stefany yang ingin dia lumpuhkan.

Julia mengikuti mereka, Renata berpisah untuk masuk ke mobil jemputannya. Sementara Stefany berjalan menuju basement sekolah, dan di sana pasti sudah lumayan sepi.

Julia berjalan lebih cepat untuk menghadang perempuan otak licik itu. Tangannya menutup kembali pintu mobil Stefany keras, dan baik hatinya tangan Stefany tidak tersangkut.

"Heh!"

"Kenapa? Mau belain si pengkhianat itu?"

"Heh denger ya, gue ga suka kalo lo deketin Renata. Karena gue tau betul elo itu seperti apa. Gue tau semua otak licik lo, lo pemabuk, perokok dan juga perek."

"Jaga mulut lo!"

"Why? Kan emang itu elo."

"Gue ga akan biarin lo terus-terusan nyakitin temen-temen gue. Gue diem sejak awal bukan karena gue takut, tapi karena Namida. Dan lo perlu tau, lo adalah manusia yang ga akan pernah ditakdirkan untuk punya sahabat. Camkan itu."

Julia tertawa meledek. Stefany yang tak terima tentunya tidak diam saja. Saat Julia membalik badannya, dengan cepat Stefany menarik rambut perempuan itu hingga pemiliknya meringis.

Julia meringis kesakitan, karena baginya, tarikan rambut adalah hal paling menyakitkan.

Julia bangun, dengan tubuh sempoyongan. "Hah, segitu doang? Gede bacot doang sih!" ucap Stefany membuat Julia semakin naik darah.

Stefany tidak memberikan ampun, dia mendorong keras tubuh Julia sampai terhuyung ke tembok. Lalu ia menyudutkannya sambil menyekik batang leher perempuan itu.

Julia berontak, kekuatannya lebih besar dari Stefany namun perempuan itu tidak bisa lepas karena posisinya yang tak mendukung.

Lalu tanpa disangka, Stefany berteriak saat Namida menarik rambutnya keras dari belakang. Julia menarik napasnya dengan tangan yang berpangku pada lutut sebagai penopang.

"Cukup Renata, dan jangan coba-coba untuk nyakitin yang lain! Atau kamu ngerasain sendiri gimana rasanya dikucilin satu sekolah!" ancam Namida dengan ponsel yang menunjukkan foto Stefany dengan baju terbuka dan beberapa cowok lainnya yang terlihat mabuk.

"Bangsat!"

Stefany langsung pergi. Namida membalik badannya untuk melihat Julia, lalu menghembuskan napasnya kasar dan mulai melangkah meninggal Julia.





"Dimas mana, Bu?"

"Ga tau Non, belum ke sini. Paling tidur di rumah atau nyelesaiin tugas."

"Saya ke rumah Ibu boleh ngga?"

Bu Aisyah terkejut. "Ya boleh Non, mau nemuin Dimas, ya?"

"Iya."

Setelah bersiap, Renata keluar untuk meminta Pak Joko mengantarnya. Tapi Pak Anas bilang kalau Pak Joko sedang mengantarkan berkas penting milik Wirawan yang tertinggal. Jadi Renata membawa mobilnya sendiri, menuju rumah yang waktu itu ia kunjungi bersama Airin.

RENATA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang