33. Renata dan Egonya

607 49 5
                                    

baca part 32 terlebih dahulu, siapkan kacang dan teh manis hangat KALO PERLU.
------------------------------------------------------

Airin celingukan ke sana-sini. Ia berlari ke pojok kantin, siapa tau Renata dan Stefany ada di sana.

Kantin begitu ramai, sehingga mengharuskan Airin menyenggol beberapa orang yang ia lewati karena pergerakannya yang cepat.

Stefany!

Terlihat perempuan berambut panjang yang diyakini adalah Stefany Gyeolin. Airin berhenti, meski mendapat senggolan dari sana-sini karena menghalangi jalan.

Airin menajamkan penglihatannya, tak ada Renata Syafa. Airin sudah memastikan tiga kali, bahwa tidak ada batang hidung Renata yang terlihat.

Airin malas sekali mendekati Stefany untuk menanyakan keberadaan Renata. Sudah terlalu muak ia. Yang ada bukan pertanyaan yang ia lontarkan, melainkan caci maki pada nenek lampir itu.

Airin mengelilingi kantin, pasti Renata tak jauh dari tempat ia dan Stefany makan. Atau toilet?

Airin segera melangkahkan kakinya keluar kantin, matanya jeli memperhatikan setiap orang yang berpapasan dengannya, siapa tau itu Renata.

Bugh!

"Eeehh, so-" ucap Airin terpotong, "Renata! Pas banget ketemu di sini, ayo ikut gue!" lanjutnya, dirinya senang. Ia dengan cepat meraih tangan Renata. Dan dibawanya ke belakang kantin, intinya jauh dari pandangan Stefany.

Keduanya saling tatap. Airin sedikit bingung kenapa tatapan Renata lebih datar dari biasanya, bahkan terlihat sedang marah.

"Ren, plis lo jangan deket lagi sama Stefany. Oiya sebelumnya gue mau minta ma-"

Plak!

Menurutmu siapa yang ditampar? Ya, Airin. Renata menampar Airin dengan sangat kencang, kekuatannya didukung dengan emosi yang sudah memuncak.

"Ren, are u ok?" tanya Airin, kepalanya yang sempat terhuyung itu memperlihatkan pipi yang memerah. Airin membenarkan posisinya. Tangannya mengelus pipinya yang sakit dan berusaha tegar meski air matanya sudah bersiap untuk mendarat.

"Puas lo?" Dua kata yang tak dimengerti Airin itu keluar dari mulut Renata.

Julia dan Namida mengejar Airin saat keduanya menuju belakang kantin. Tak usah ditanya, Julia sudah menahan semua amarahnya dan menolak permintaan Namida untuk memisahkan mereka.

"Maksud lo apa, Ren?" tanya Airin. Tangannya masih mengusap pipinya yang memerah, memang sakit, tapi lebih sakit jika Airin tidak bisa memperbaiki semuanya.

Renata melengos, tatapannya memancarkan kobaran api diikuti otot rahang yang terlihat.

"Lo kenapa sih Ren? Gue tau gue salah, gue terlalu ga suka liat lo sama Stefany, karena gue gamau kehilangan sahabat kayak lo. Gue minta maaf," ucap Airin lirih. Air matanya sudah menetes, tapi tidak mampu membuat Renata melembut.

"Bener kan dugaan gue?"

"Dugaan apa lagi?"

"Pasti lo yang buat tuduhan itu. Pasti lo yang bilang kalo gue udah berbuat macem-macem sama Dimas, iya kan?!"

Airin melebarkan matanya, ia tak habis pikir dengan Renata.

"Sumpah bukan gue, Ren. Ga mungkin! Ga mungkin gue ngelakuin itu, lo tau gue kan? Iyakan?" Airin menangis, rasanya sudah tak sanggup ia berhadapan dengan Renata.

"Lho kenapa ga mungkin? Jelas-jelas dari semua orang di sekolah ini cuma lo yang kenal dia! Kenal dari kecil bahkan lo juga tau dia anaknya Bu Aisyah. Terus siapa lagi, Airin Hayda?!"

RENATA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang