30. Siapa Duluan?

700 55 2
                                    

Flashback

Airin turun dari mobilnya yang hari itu ia membawanya sendiri, kartu parkirnya ia masukkan ke saku rok. Ia berjalan dengan langkah lebar sambil melepas masker yang menutupi sebagian wajahnya.

Rambutnya ia urai, membuat wajahnya sedikit terhalang jika dilihat dari samping. Pandangannya ke bawah, tidak seperti Airin pada umumnya. Ia masih menyimpan duka di dalam dirinya, meski sudah bisa tersenyum, namun rasanya malas sekali untuk melontarkan kata. Mulutnya seolah dibaluri lem perekat.

Tak sadar kelasnya sudah 5 meter lagi, ia mengenalinya dari aspal yang mulai berubah menjadi keramik.

Airin melihat ke depan, ternyata ada Namida dan Julia, ia tak terlalu memikirkan orang di hadapan Namida. Karena kepalanya pusing dan dari belakang pun rasanya sulit dikenali.

“Pagi!”

Airin mengenali suara itu, pasti Namida. Airin langsung tersenyum singkat dan membalasnya, “Pagi.”

Airin langsung masuk ke kelas untuk menetralkan rasa pusing di kepalanya.

Bahkan ia pun tak ingat kalau hari itu Renata sudah kembali sekolah. Dan tak sadarnya lagi, ia kembali membuat Renata salah paham.








Ternyata bener kata Stefany.

Renata melamun dengan gelas berisikan jus melon di tangannya. Pagi itu ia masih di kantin, sendirian. Rupanya Senin itu upacara ditiadakan karena beberapa titik di lapangan mengalami masalah.

Saat Airin masuk ke kelas, Renata berjalan perlahan untuk ikut masuk. Yang awalnya berniat untuk meminta maaf langsung, harus tertunda karena Airin yang sedang menelungkupkan kepalanya menghadap tembok.

Renata tak ingin mengganggu. Jadi ia meletakkan tasnya di tempat biasa dan berjalan keluar untuk ke kantin. Tadinya Namida dan Julia ingin ikut tapi dilarang Renata untuk menjaga Airin.

“Hai Ren! Baru masuk ya lo?”

Perintilan memori Renata bersama Airin mulai buyar dari lamunannya karena kehadiran Jerry.

“Ck, ngapain si lo?”

“Ketus banget sih Ren, gue cuma mau ngobrol doang kok.”

“Udah ah, gue ke kelas.” Renata bangkit dari duduknya dan meletakkan uang sepuluh ribuan di atas meja. Jerry membulatkan matanya karena lagi-lagi dirinya ditolak.

Bunyi bel masuk terdengar nyaring saat Renata masih berjalan di koridor. Banyak murid yang baru datang harus buru-buru menuju ruang kelasnya.

Renata sampai dan langsung memasuki kelasnya tanpa sepatah kata. Saat ia masuk kelas, dirinya tidak langsung menatap Airin karena gugup. Tapi saat berani menatapnya, Airin memalingkan wajahnya untuk mengajak Laluna berbicara. Berbeda dengan Namida yang tersenyum kala Renata mendekatinya.








“Na, lo pernah marahan sama Julia?”

“Pernah, sering malahan.”

“Yang paling marah maksudnya. Ada?”

“Sebentar,” ucap Namida sambil berpikir, “Pernah-pernah! Jadi 'kan aku sama dia sekelas pas kelas XI, terus temenku ngajak untuk nge-prank Julia. Dengan nyuekin dia, tapi yang nyuekin dia cuma aku, temenku yang satu lagi engga.

Nah terus Julia pikir aku gamau temenan lagi sama dia, soalnya kata temenku juga aku ngepranknya keliatan beneran banget, aku seolah benci sama dia. Terus dia diem aja sampai besok-besoknya, terus pas ultahnya aku dateng, dia malah balik marah karena ga suka di prank kayak gitu. Jadi Julia ga suka kalo dicuekin,” jelas Namida.

RENATA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang