29. Malas atau Tak Ingin Bertemu?

744 61 2
                                    

“Permisi Bu, saya minta waktunya sebentar,” ucap Bu Erna yang muncul dari ambang pintu. Bu Citra mempersilakan dan duduk kembali.

Serentak semua siswa kelas XII Ips-3 yang hadir mendongakkan kepalanya.

Bu Erna nampak berpikir. Julia yang awalnya mengira hanya info untuk pengambilan raport atau lainnya menundukkan kepalanya lagi untuk meneruskan tugas dari Bu Citra.

“Neneknya Airin meninggal dunia kemarin sore karena serangan jantung. Jadi bantu doa dan hibur Airin ya, jangan lupa juga Laluna untuk memberi izin di absensi, karena kemungkinan Airin tidak hadir beberapa hari untuk datang ke rumah neneknya di Solo.”

Bu Erna pamit, Bu Citra menundukkan kepalanya untuk berdoa. Yang lain masih ada yang berbisik karena tak percaya. Julia tersadar dari lamunannya karena mendengar isakan dari orang di sebelahnya.

“Udah Na, jangan nangis. Doain aja,” ucap Julia lembut sambil mengelus bahu Namida.

“Aku jadi inget kepergian Oma aku, pasti Airin ngerasain yang sama.”






“Yah ga bisa dihubungin Airin-nya, gimana dong?”

“Pulangnya ke rumahnya aja,” usul Zaskia.

“Heh nolep! Lu ga denger Bu Erna ngomong apa?! Jelas-jelas Airin sama keluarganya nyusul ke Solo!” pekik Julia.

“Emang ngomong gitu?” lanjutnya begitu loading.

“Udahlah.”

Namida dan Laluna hanya terkekeh karena kebodohan Zaskia yang sangat nacturhal.

“Ga telepon Renata?”

“Oiyaya, tapi... Lo 'kan tau sendiri hubungan mereka sekarang gimana.”

“Ya gapapa kali, niat awalnya kan supaya makin banyak doa. Aku yakin Renata peduli.”

“Coba ya gue chat,” kata Julia lalu mengetikkan pesan untuk Renata Syafa.





Renata menyantap sarapannya bersama Wirawan. Dengan nasi goreng spesial buatan Bu Aisyah, dan jus alpukat segar Bik Ila.

“Papa nanti pulang lebih awal.”

“Tumben?” Renata nampak tak percaya. “Ya Papa 'kan biasanya pulang malem terus.” Wirawan terkekeh mendengar jawaban Renata.

Keduanya melanjutkan sarapannya. Sesaat setelah itu Wirawan pamit untuk pergi ke kantor. Renata bersantai di ruang kelurga dengan kartun yang ia tonton.

Drrtt... Drrtt...

Julia
Ren, neneknya Airin meninggal.

Renata membulatkan matanya dengan tubuh yang spontan ia luruskan. Badannya tegak.

“Oma maksudnya?!”





“Demi apa?!” pekik Dimas saat mendengar kabar duka dari Renata.

“Beneran, temen kelas gue yang ngasih tau.”

“Pasti dia kehilangan banget, lo telepon coba, Ren.”

“Tadi mau gue telepon, tapi dia off. Pas sekolah aja lah, sekalian minta maaf.”

“Yaudah kalo gitu, gue balik dulu.”

Renata membiarkan Dimas pergi. Pikirannya terus memikirkan Airin, ia berharap sahabatnya satu itu bisa tabah menerima cobaan tersebut.





RENATA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang