10. Papa

1.1K 73 2
                                    

Renata menangis sambil meratapi wajah ayahnya yang pucat. Renata kembali menyeka aliran air matanya di pipi. Ditemani melodi ingatan penuh cerita bersama sang ayah yang berputar di kepalanya.

Renata menangis lagi, air matanya terlalu berat untuk ditahan. Dari mulai  kenangan saat makan bersama, saat ayahnya merawat Renata saat sakit dan saat Wirawan ikut menangis kala Renata terluka.

Air mata mengalir hingga menetes di baju pasien yang dikenakan sang ayah. Di pagi buta, Renata masih menemani sang ayah dengan hati terombang-ambing.

Serangan jantung.

Dua kata yang menusuk relung hati seorang Renata. Batu yang awalnya mulai mengeras itu lebur entah ke mana dan berubah menjadi pilu mendalam.

Terulang kalimat bahwa hanya ia yang dimiliki ayahnya saat ini. Renata benar-benar merasa bersalah karena telah mengecewakan Wirawan.

“Pah... bangun!”

“Papa akan selalu turutin kemauan aku 'kan, Pah?! Aku minta sekarang Papa bangun!”

Dan kembali, jeritan seorang anak mulai terdengar. Renata tetaplah bayi kecil di mata Wirawan, senyuman tulus mulai terbayang di wajah Renata. Dengan air mata yang semakin deras itu kian membasahi selimut. Ruangan dingin dan sepi, menjadikan isak tangis Renata satu-satunya yang terdengar.

“Kalo aja Renata bisa ngulang semuanya, Renata ga akan bersikap kayak gitu, Pah! Aku pengen Papa bangun sekarang, Paaaahhh!!”

Menggenggam erat tangan Wirawan. Renata menunduk, menutup matanya dan membiarkan tetesan air mata itu turun.





Renata membuka matanya dan dikejutkan dengan penampakan perempuan yang duduk tepat di dekat ujung kakinya.

“AAAAAHHH!!” teriak Renata dan menarik kakinya. Matanya yang sembab itu terbuka kembali.

“Heh berisik!” pekik Tante Aca sambil menyentil punggung kaki Renata.

“Aw!”

“Papa kamu tadi udah dicek, keadaannya udah baikan. Jadi jangan kuatir, nanti juga sadar. Kalo kamu mau istirahat, istirahat aja nanti Tante bangunin kalo papamu udah sadar.”

Renata diam.

“Ren.. Sebenernya Tante tau semua masalahnya. Papamu cerita sama Tante waktu kamu baru pulang dari rumah Airin. Papa kamu sedih banget kelihatannya, tatapannya kosong pas cerita dan dia gatau lagi harus jelasin semuanya ke kamu.

Ini bukan masalah diri kamu yang susah bersosialisasi, Ren. Tapi tentang kamu yang ga bisa mengendalikan emosi. Tante harap ke depannya, kamu bisa ngerti gimana perjuangan papa kamu untuk merawat kamu selama ini.”

Lalu Tante Aca berdiri dan berjalan ke arah pintu keluar.

“Tante mau ke mana?”

“Beli makan.”

Ya. Benar.

Harusnya emang gue ngga kayak gini, harusnya gue bisa membuka diri dan jadi anak yang bisa dibanggain papa. Dan harusnya...

“Harusnya gue tau kalo papa sayang banget sama gue.”

Renata diam merutuki dirinya yang sama sekali tak ia suka. Terlalu sulit untuk diubah.

Sudah jam 1 siang, Renata sedang menonton film di laptop tantenya. Sedangkan si pemilik sedang tidur cantik di sofa besar yang memang disediakan.

Ponsel milik Renata lupa tak dibawa karena terlalu panik. Untungnya sebelum Tante Aca tidur, Renata sudah memintanya menelepon Bu Erna untuk melapor bahwa Renata berhalangan untuk hadir ke sekolah.

RENATA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang