12. Solusi dari Dimas

994 79 4
                                    

Apa gue datengin langsung aja ke rumahnya?

Renata bingung sekali, karena se-tak peduli apapun ia diciptakan Tuhan, tetap saja rasa kehilangan selalu mencengkeram hatinya.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan. Siapapun itu, Pak Anas atau Pak Joko sekalipun, akan ia tanyakan apa yang harus dilakukan Renata.

Tok Tok Tok!

Renata membukanya dengan cepat. Cklek!

“Non, waktunya makan malam!” katanya dengan antusian.

Ah, shit! Kenapa harus orang ini? batinnya.

“Non?”

“Eh---iya, lima menit lagi gue turun,” kata Renata. Dimas mengangguk, tak lupa dengan senyum manisnya. Saat hendak berbalik untuk turun, ada tarikan pada bajunya.

“Nanti anter gue jalan-jalan sebentar bisa?”

Dimas tersenyum, semakin manis. Rasanya ada keajaiban malam itu, jantungnya tak berhenti berpacu, semakin cepat. Apa lagi tatapan Renata yang membuatnya gagu sesaat.

“Heh!”

“Iya mau! E--eh, maksudnya bisa!”

“Oke, selesai gue makan malam.”

Pintu kamar langsung ditutup. Dimas mengeluarkan gigi kelincinya dan memperlihatkan senyuman paling manis yang ia punya. Sayang, hanya pintu kamar Renata yang bisa melihat itu.








Dimas sedang mengobrol seru dengan Pak Joko dan Pak Anas. Lalu muncul Bu Aisyah.

“Dimas,” panggilnya, “Tadi kata Non Renata, lima menit lagi berangkat.”

“Iya Bu, makasih.”

“Kamu mau ke mana?” tanya Aisyah dan ikut duduk. Pak Joko dan Pak Anas yang menyaksikan itu hanya tertawa kecil.

“Hayoo ke mana?” goda Pak Anas.

“Tadi dia minta ditemenin keluar.” Nampak dari gerak-geriknya, Dimas sedang salah tingkah dan membuat semuanya tertawa.

“Oiya Mas Joko, tolong keluarin mobilnya Non Renata, katanya dia pake mobil yang biasa.”

Pak Joko bergerak hormat layaknya sedang upacara bendera. “Siap!”

Bu Aisyah berdiri dari duduknya dan pamit untuk segera pergi ke dalam lagi, mau membantu Bik Ila menyelesaikan tugas rumah.

“Loh kenapa pada pergi? Baru juga saya dateng!” ucapnya kesal. Bik Ila rupanya baru datang.

“Ini saya mau bantuin kamu tau,” balas Aisyah.

“Udah selesai, Bu! Kamu telat!”

Di lain tempat, Renata sedang bersiap untuk keluar bersama Dimas. Ia masih bertanya-tanya apa niat dia untuk pergi bersama Dimas bisa membantu menuntun ke jalan keluar?

“Pah, aku keluar ya, pusing di rumah terus.”

“Tadi siang 'kan kamu di sekolah, harusnya ga pusing dong?”

“Justru kepusingan aku sumbernya dari situ!” katanya gregetan. Wirawan tertawa dan mengizinkan Renata pergi.

Selesai dari situ, Renata berjalan keluar untuk segera pergi. Mencari angin malam.

“Ayo!”

“Yaudah Bu, aku pergi dulu ya!” izin Dimas, sedikit ceria, eh bukan--memang sangat ceria.

RENATA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang