Airin dan Dion pulang bersama sore itu. Airin sedikit khawatir karena melihat wajah Dion yang sangat lelah, pasalnya cowok itu baru selesai bermain futsal.
Dengar-dengar dari beberapa orang, Dion sempat mengalami cedera ringan. Tak tau bagaimana lagi perasaan Airin saat mendengarnya.
“Oy! Kenapa bengong terus, sih?”
Airin terperangah. “Engga, eh iya langsung pulang aja, ya.”
“Ih ngga mau makan dulu? Katanya lo laper?”
“Ga usah, biar lo bisa istirahat.”
Dion mengangguk.
“Gimana misi penyelidikan kita sejauh ini? Lo ada masalah kah sama dia?”
“Ga ada, cuma liat-liatan aja pas di kelas,” ujarnya berbohong. Karena tak mungkin ia menceritakan kejadian tabrakan bahu yang sudah dua hari lalu.
“Hmm... Besok 'kan libur, ga ada niatan jenguk Renata?”
“Jenguk jenguk, lu pikir dia sakit?!”
“Ya maap, maksudnya main.”
“Ngga deh.”
Dion terdengar sedang bernyanyi kecil. Airin sibuk dengan ponselnya.
“Kok berhenti?” ujar Airin saat Dion menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Airin memasang wajah parnonya karena takut Dion macam-macam.
Dion nampak mengawasi situasi. Airin bergerak cepat untuk keluar. Namun tangannya lebih dulu dicekal.
“Yon Yon, ga lucu! Ahh lepas!” kata Airin dengan gemetar.
“Eehh masuk! Sini masuk dulu et dah! Ntar ketauan jangan berisik!”
Mereka berdebat layaknya Tom and Jerry, Dion memaksa Airin untuk masuk dan menutup mulutnya.
“Yon sumpah lepas...” rengek Airin yang matanya sudah berkaca-kaca. Ia tak menyangka Dion akan seperti itu.
Karena sudah keadaan darurat, Dion langsung menarik tangan Airin dan memeluknya supaya wajahnya tak terlalu terlihat.
Dion panik, sementara Airin sibuk mengontrol detak jantungnya.
Aww Dion, lo wangi ya ternyata...
“Rin, lo liat di sana,” kata Dion sambil menunjuk toko roti yang tutup. Gedungnya tak terlalu besar, namun terlihat bersih. Terdapat Stefany dan beberapa cewek lainnya sedang meneguk 'sesuatu', dan ada juga yang merokok.
“Stefany?”
Dion melepaskan pelukannya pada Airin, lalu mengambil ponselnya. Wajahnya masih terlihat serius.
“Gue foto ya, supaya ada bukti kalo ada apa-apa.”
Airin kali itu sungguh tak fokus, ia sudah benar-benar menyerah diperlakukan seperti itu.
Yon, lo bener-bener ya. Kenapa lo sepeduli itu sama gue sih? Kan yang punya masalah sama Stefany itu gue.
♡
“Pah Pah tunggu!” panggil Renata sambil menuruni tangga. Baru saja ia bangun.
“Papa udah telat,” kata Wirawan lalu melanjutkan langkahnya.
“Renata ga pindah 'kan, Pah? Plis, kali ini aja. Kuliah nanti terserah Papa, ya Pah ya?”
“Ga bisa.”
“Pah aku mohon, kali ini aja. Atau, Papa mau ambil semua fasilitas aku Pah? Gapapa aku janji ga akan pake mobil, kartu kredit dan lain-lainnya. Tapi jangan pindahin sekolah aku ya...”
KAMU SEDANG MEMBACA
RENATA ☑️
Roman pour Adolescents[27/03/2022] Rank 1: #Cutsyifa Kisah seorang Renata yang tidak pernah peduli terhadap sekitar. Memiliki rasa tak suka dengan ibu kandungnya sendiri karena sudah pergi meninggalkannya. Sampai akhirnya, banyak konflik perdebatan dengan sahabatnya term...