[ ARCHIGOS - 08 ]

246K 18.7K 3.2K
                                    

Ketemu Moriz seneng nggak cuy?

Yuk spam nama dia dulu😂😂

Spam komen juga biar bisa update terus tiap hari🤭🤭

CHAPTER 08 - PENGAMATAN TARGET

AUTHOR POV




Mata Raina memicing, ia menghembuskan nafas pelan. Bagaimanapun usahanya, ia tetap tak bisa melihat papan tulis dengan jelas. Ia menengok pada Reza yang sedang mencatat. Tidak, walaupun didunia ini hanya Reza yang dapat menyelamatkan dirinya, Raina lebih memilih mati daripada harus menyentuh ranah benang merah Riyonal Gibran Argawinandar.

Iris mata Raina memandang kedepan. Raina mencolek punggung Meta, gadis itu menoleh.

"Gue bisa pinjem catetan lo nggak?" Meta mengangguk.

"Gue catet dulu, ntar lo bawa pulang sekalian." Raina mengacungkan jempol.

Sepertinya, besok dirinya harus membeli softlens, daripada semakin kesulitan. Ia membalik buku miliknya, mencoret kertas dengan abstrak.

Raina menyangga dagu dipermukaan meja, merasa bosan. Baru kemarin dipuji mendapat informasi yang bagus, tetapi hari ini justru merasa sangat mentok untuk mencari informasi.

"Kamu kenapa menghela nafas berat? Ada yang membebani?" Raina memalingkan kepala kesebelah.

"Nggak usah sok akrab." Ketus Raina. Raina tidak ingin terlibat dengan Reza, sungguh.

Ia tak ingin identitasnya terbongkar semuanya jadi runyam. Masalahnya, hanya mendengar nama Reza saja dirinya seolah ditelanjangi bulat-bulat.

"Saya kan cuma bertanya." Raina mengalihkan pandangan.

Bell istirahat berdering, Raina bangkit dari tempatnya. Mengambil buku catatan Meta, ia memasukan benda tersebut kedalam tas. Raina mengekori Meta dan Alma dengan malas. Ia mengantuk, sayangnya cacing diperutnya sudah berdemo kelaparan.

"Gue mau nasi goreng telor ceplok ya." Pinta Raina setelah mendudukan diri di meja kosong bersama Meta. Alma tertawa geli.

"Lo mau makan apa, Met?" Meta berpikir, "Samain aja deh, minumnya teh pucuk." Jawab Meta.

Suara sepatu beradu lantai berdecit, sangat berisik. Raina mendengus, mengapa ia sensitif sekali hari ini?

"Moriz!!!!!!!" Spontan Raina mengumpat mendengar jeritan para kaumnya.

Lagi-lagi Moriz mencuri perhatian siswi kelas 1. Raina hendak menyembunyikan wajah, tetapi gagal karena matanya terlebih dahulu bertubrukan dengan retina Moriz.

Moriz mengukir senyum menyeringai, seolah berhasil membidik targetnya. Moriz beserta anggota Archigós melangkah mendekati dirinya.

"Anjir kemana aja gue baru ngeliat betapa cantiknya dirimu." Arsen melirik Meta, mengulurkan tangan meminta berkenalan.

"Jangan." Raina menimpali, Arsen tersenyum membatalkan keinginannya.

"Oh, princess cemburu? Siap, Arsenmu nggak akan macem-macem kok." Arsen memepetkan tubuhnya pada Raina.

"Arsen." Tegur Moriz.

Arsen merenggut, memindahkan diri kesebelah Axel. Posisinya kini, Moriz duduk dihadapan Raina. Tak ada yang menyadari betapa intensnya Danish menatap Alma.

Regan meraih sendok, kompak dengan Meta hingga adegan mereka mengundang pasang mata anggota Archigós, Raina dan Alma.

Normalnya, Meta akan berkomentar pedas. Namun, ia mengurungkan diri karena tahu sedang berurusan dengan siapa.

ARCHIGOS [ PRE-ORDER ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang