[ ARCHIGOS - 28 ]

192K 16.2K 6K
                                    

Nembus 2,2k+ word:)

Semoga kelen puas-puas sama chapter ini!

Leh komen disetiap paragraf nggak?

Sorry euy, lama.

Gimana kalau absen Moriz dulu?

Gimana kalau absen Moriz dulu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 28 - FOR HER.

AUTHOR POV



Moriz menaiki anak tangga, mempercepat langkah kaki. Bibirnya tak berhenti mengumpat, ruang-ruang kelas masih kosong. Ia menjatuhkan ponselnya tak sengaja karena mengecek arah GPS keberadaan Raina. Layar ponsel Moriz retak, ia menyusuri ruang kelas Raina.

Hanya beberapa siswa yang stay disana. Mungkin, karena sibuk bermain games. Kedatangan Moriz membuat mereka terkesiap. Namun, Moriz mengabaikan kehadiran mereka.

Moriz melangkah kebangku terbelakang. Ia meraih tas Raina. Moriz berdesis, Raina tak membawa ponselnya. Juga, jam tangan yang ia beri di simpan dalam saku tas Raina. Moriz menekan layar ponsel Raina, rupanya Raina memasang pola sandi diponselnya. Jujur, bagi Moriz memecahkan kode sandi berpola ini, sangat mudah baginya.

Ia melirik satu-persatu ke 5 siswa yang menyaksikan dirinya. Moriz mengangkat jari, meletakkan jari telunjuknya ditengah bibir. Memerintahkan mereka tutup mulut. Mereka mengangguk-ngangguk. 2 siswa dan 3 siswi itu segera berpencar keluar ruangan setelah Moriz mengusir mereka.

Moriz memencet layar, mengusap layar ponsel Raina. Walpaper kunci terganti menjadi mode 'home'. See? Semudah itu, menyadap ponsel orang lain saja bisa ia lakukan. Apalagi, mengakses pola sandi ponsel.

Moriz tak memeriksa bagian lain, selain satu pesan dari nomer rahasia. Moriz membaca pesan tersebut, mengepalkan tangannya. Moriz mengembalikan ponsel Raina ketempat semula. Menghilangkan jejak dirinya, ia kini berjalan menuju gudang.

Moriz memperlambat langkah kakinya, Raina sedikit pincang. Moriz memejamkan mata, menduga Raina dalam kondisi buruk. Ia menepis jarak antara dirinya dan Raina. Raina mendongkak merasakan aura orang lain didekatnya.

"M-moriz." Netra Moriz turun, merekam setiap jengkal tubuh Raina.

Well, the evil has awake. Retina Moriz menggelap, poker face, satu gerakannya sangat aneh. Raina mengerutkan kening, Moriz ini memiliki alter ego?

"Hey Moriz." Suara Raina menyadarkan Moriz.

Aliran darah Moriz dipenuhi amarah. Ia berdehem menanggapi Raina. Menyembunyikan lahar panas yang siap ia muntahkan. Tidak, Moriz tidak sebatas Marah. Jika orang lain berdiri disamping Moriz saat ini, sudah pasti pingsan tak kuat menahan tekanan intimidasi sosok Moriz.

ARCHIGOS [ PRE-ORDER ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang