[ ARCHIGOS - 02 ]

316K 25.1K 5.2K
                                    

Heyy??

Komen nama Moriz dulu yuk sebelum baca😧😧

CHAPTER 02 - MINTA TOLONG

Suara decitan sepatu beradu dengan kasarnya lantai lapangan bola basket akan mengundang atensi siapapun. Satu-satunya pemuda berlatih basket, tak ada yang tak mengetahui siapa pemuda tersebut. Arsenio Kertanegara.

Pemain basket muda berbakat yang dilirik oleh MENPORA, bahkan dirinya terdaftar sebagai pemain Indonesia U-17. Selalu hadir saat dirinya di undang untuk menjadi anggota inti mewakili pertandingan sahabat antar Indonesia dan negara lainnya.

Peluh keringat membasahi dahinya, Arsen mengusak rambutnya yang basah oleh keringat. Tampan, putih, tinggi, berbakat, merupakan anak tunggal dari 20 orang terkaya di Indonesia. Berbeda dari Moriz yang penuh rahasia, semua media bisa menggali apapun tentang latar belakang kekeluargaannya.

"ARSEEEN LO GANTENG BANGETT." Arsen melirik pemilik suara jeritan tersebut.

Menoleh, mengedipkan mata serta tersenyum nakal. Bahkan si gadis pemilik suara kini pingsan ditempat akibat perbuatannya.

"Berhenti tebar pesona, balik ke kelas lo anjing." Arsen memanyunkan bibirnya, Regan memang tak bisa sekali melihat dirinya bahagia. Ia melempar bola basket di genggamannya.

Benda tersebut terpantul, terhenti di pinggiran lapangan basket. Arsen mengambil handuk yang sudah disediakan untuknya. Entahlah, ia tak tahu siapa menyediakan benda tersebut disertai air mineral. Mungkin, fansnya?

Arsen mengekori Regan yang sedang fokus pada ponselnya. Ia mengeryit, tumben Regan memperhatikan benda tersebut dengan signifikan, seolah sedang menunggu pesan dari seseorang.

"Regan, lo nggak apa-apa?" Regan terkejut saat Arsen berdiri tepat disebelahnya. Ia segera menyembunyikan ponselnya kesaku celana.

"Dih, sok rahasia-rahasiaan banget deh." Arsen tertawa.

"Diem, ini juga bukan urusan lo." Arsen mendengus.

Ia memasuki kelas, walaupun sudah terbiasa dengan anggota Archigós, semua siswa kelas XII-B memang tetap tak bisa berhenti menggagumi ketampanan mereka.

Belum ada guru yang mengajar, hari ini hari pertama bersekolah setelah libur semester kenaikan kelas. Semua anggota Archigós ditempatkan di satu ruang yang sama atas permintaan spesial dari Axel, mereka tak bisa menolak karena Axel merupakan putera pemilik yayasan yang menaungi SMA Permata Husada.

"Moriz belum dateng?" Tanya Arsen, Bara menggeleng, Axel mengedikkan bahu, Regan memilih tak menjawab, sedang Danish memang tak berniat memberi komentar.

"Coba lo telpon, Xel." Perintah Arsen, Axel berdecak kesal.

"Kenapa lo nggak telpon sendiri aja sih bangsat?" Protesnya.

"Kalau bisa nyuruh lo kenapa harus gue?" Axel mengelus dadanya bersabar menghadapi tingkah Arsen, masalahnya Arsen itu anggota yang posisinya tertinggi setelah Moriz.

"Gue denger-denger Moriz bakal ngangkat anak kelas 1 jadi tim inti." Arsen mengangguk, menempatkan diri di kursi sebelah Danish.

"Iya, Bar. Kayaknya dia anggota spesial deh. Kalau nggak salah Marganya Wijayanto Gufari." Arsen memeriksa laci mejanya.

Ada puluhan coklat, surat berwarna-warni, serta kado-kado kecil yang ia keluarkan satu-persatu.

"Lah ini buat gue?" Regan menepuk belakang kepala Arsen.

"Lo duduk dikursinya Moriz bego." Seketika Arsen merenggut, ia mencuri satu coklat tersebut.

Pasalnya, Moriz juga akan menyuruh mereka membuang pemberian tak penting seperti ini. Ia juga sering sih mendapatkannya. Hanya saja, jumlahnya tak sebanyak Moriz. Dalam sehari, Moriz mungkin bisa membuka toko cemilan jika mengumpulkan semuanya.

ARCHIGOS [ PRE-ORDER ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang