[ ARCHIGOS - 22 ]

194K 16.7K 3.1K
                                    






Cie nungguin Moriz cieee..

Sebelum baca, absen Moriz dulu yuk?

Wajib euy, biar lapaknya nggak sepi😗😗

Wajib euy, biar lapaknya nggak sepi😗😗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


CHAPTER 22 - SICK

AUTHOR POV






Setiap sekolah memiliki -The Most Wanted Boy and Girl- masing-masing. Diantara mereka Moriz lah yang mendapat gelar The Only One Most Wanted Boys. Tidak pernah mendapat rumor dengan gadis, tidak minum, tidak merokok, tubuh atletis, cerdas dan tak terkalahkan. Itulah mengapa Moriz sangat dipuja.

Sekarang, anggota inti Archigós melangkah santai menyusuri koridor. Moriz berjalan memimpin, biasanya Arsen berdiri disebelah pemuda itu. Namun, kali ini Arsen berjalan dibelakang Moriz.

Suara jeritan, suara pekikan yang pernah meramaikan setiap langkah kaki anggota Archigós kini lenyap. Mereka menunduk, tak berani menatap sang Putra dari Pria penting di Negara. Kekayaan Keluarga Riyonal bahkan masuk kedalam daftar orang terkaya di dunia. Apalagi, Moriz telah memperkenalkan dirinya tanpa aba-aba. Lalu, siapa yang berani mengusik ketenangannya?

Ditambah, Riyonal pernah mengingatkan bahwa dirinya sangat menyayangi keturunan tunggalnya disalah satu sesi wawancara. Meski mengundang banyak spekulasi, mereka tak menggali lebih jauh.

Sampai ketujuan, Ruang kelas Moriz mendadak sepi karena kehadirannya diiringi anggota Archigós. Tak ada yang menegur ataupun menyapa.

Moriz duduk dikursi belakang, Danish menimbang haruskah ia menempatkan diri disebelah Moriz? Padahal, ia chairmate pemuda itu. Kenapa sekarang dirinya gamang?

Arsen mendorong Axel untuk duduk disana. Suara grasak-grusuk protes mengisi ruangan.

"APAANSIH ARSEN ANJING?!" Teriak Axel frustasi.

"Gue nyuruh lo duduk." Timpal Arsen.

"Kenapa nggak lo aja?!" Protes Axel.

Moriz mendengus jengah, yang justru diartikan lain oleh anggota Archigós. Mereka mundur menjauh, berdiri dari jarak 3 meter. Takut-takut jika Moriz bertindak. Bahkan, menyentuh meja Moriz saja mereka tidak sanggup. Arsen yang paling ragu, selama ini dirinya terlalu menyepelekan sosok Moriz.

Rupanya Moriz mengganti penampilannya. Memotong rambut, 3 kancing baju teratasnya tak terpasang dan menggunakan pakaian dalam tipis, jangan lupakan jam bermerk yang melingkar di pergelangan tangannya. Moriz memilih tak memperdulikan kelakuan tak jelas sahabatnya. Ia melipat siku, menyenderkan dagunya di punggung tangan.

ARCHIGOS [ PRE-ORDER ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang