[ ARCHIGOS - 27 ]

180K 15.9K 8K
                                    

Absen Moriz kuy???

Leh komen disetiap paragraf nggak??

Leh komen disetiap paragraf nggak??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


CHAPTER 27 - LUKA

AUTHOR POV

Brakk!

Raina mundur saat pemuda itu mendekati dirinya. Raina masih mengukir senyum kaku. Ia mengumpat saat suara gagang pintu terkunci diluar ruangan.

Punggung Raina menempel sempurna pada pintu. Kakinya melayang tak menyentuh lantai, satu tangan pemuda tersebut mencekik lehernya hingga Raina tak sanggup mengambil nafas. Buku-buku jari pemuda itu memutih, menunjukkan betapa kuatnya ia mencengkram leher Raina.

"Khhh!! A-a.." Pemuda itu kembali menekan leher Raina, Raina menggapai pergelangan tangan pemuda jersey orange tersebut.

"Siapa gue?" Tanya pemuda itu, "P-pradana Austin !" Jawab Raina semampunya.

Austin - si pria - bibirnya melukis seringai mengerikan. Matanya menatap dingin, melepaskan jemarinya dari leher Raina, tubuh Raina meluruh kelantai. Namun, Austin kembali mengintruksi dirinya.

Nafasnya tersengal karena pasokan oksigennya terhenti beberapa detik. Raina terbatuk-batuk, hidungnya memaksa menghirup oksigen. Raina malah terkena batunya.

"Berdiri," Raina patuh, berusaha bangkit meski hampir terjatuh beberapa kali.

Kepala Raina menunduk, retinanya sangat menghindari berkontak langsung dengan sosok dihadapannya. Insting nya memperingati, sayangnya Raina sudah mengenali betul tabiat seorang Austin.

"What i'am into you?" Suara husky Austin terdengar menakutkan, wanita diluaran sana mungkin menanggap itu suara sexy.

"You're My Alpha." Austin mengangguk, ia memegang dagu Raina, memaksa gadis itu memandang dirinya.

"And you're My Luna." Austin berbisik tepat di telinga Raina, menusuk relung jiwa gadisnya.

Austin mendorong Raina, menyebabkan tubuh gadis tersebut tersungkur kelantai. Raina meringis, sisi tubuhnya menggores sesuatu yang ada dilantai. Ia menebak benda itu adalah pecahan beling dari alat laboratorium. Shit, darah dari sikut Raina menetes.

"Bilang sama gue, apa yang lo rencanain sampai harus terlibat menjadi salah satu lacur Moriz." Ucap Austin, menyorot tajam kekasihnya.

Raina menggigit bibir bawah. Pening menyerang kepala, perutnya melilit karena terlalu cemas. Memilih jalan lain, Raina bangun, merangkak memeluk kaki Austin, sebagai bentuk permintaan maaf.

Brugh

Austin menendang perut Raina agar menjauh dari dirinya. Austin menulikan pendengaran atas rintihan kesakitan Raina. Ia menghembuskan nafas kasar, sangat kesal.

ARCHIGOS [ PRE-ORDER ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang