[ ARCHIGOS - 30 ]

191K 15.7K 5.9K
                                    

MORIZRAINA STAND?

ARCHIGOS STAND?

MINYAK TELON STAND?

Siapapun stand kalian, karna semua bisa kita dapatkan disini. EA! Ahaha.

Thankyou for all votes dan komen.

Absen Moriz before you read this part!

Absen Moriz before you read this part!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


CHAPTER 30 - ARTI SEBUAH KEBENARAN.

AUTHOR POV





Detik demi detik terlewati, Raina masih diposisi yang sama. Jari-jarinya kaku, yang berakhir tangan Raina melepas pisau tersebut tanpa persiapan. Moriz menunduk segera menangkap pisau yang hampir mengenai punggung kaki Raina.

Sreett

Tes

Tes

Tetesan darah terjatuh kelantai. Raina terlalu 'shock' telapak tangan Moriz terluka karena menahan pisau, sisi pisau tajam melukai Moriz. Wajah datar Moriz terpampang, Raina mundur. Ia tak tahu harus berekspresi seperti apa.

Moriz tak berkata apapun, meletakkan pisau tersebut di meja nakas. Moriz mengambil tissue, mengusap tangannya yang di penuhi darah. Melihat kondisi Moriz, Raina menelan saliva.

"M-Moriz." Moriz berdehem, ia merenggangkan tangan kirinya yang sobek.

"So-" Langkah Moriz menjeda perkataan Raina.

Moriz menuntun Raina duduk dipinggiran tempat tidur. Ia memeriksa setiap anggota tubuh Raina. Masih menemukan banyak luka lebam di lengan dan kaki. Moriz menghembuskan nafas kasar.

"Jangan menerangkan apapun, jangan pikirin resiko dari sisi gue. Lo nggak perlu nyoba ngebaca isi otak gue, Na. Nggak ada yang salah dalam diri lo," Moriz meremat jari jempol Raina.

"Lo butuh sesuatu nggak?" Tanya Moriz, Raina menggeleng.

Moriz mengusak rambut Raina, bangkit dan meninggalkan Raina seorang diri di kamar. Ia tak pernah bisa memahami alur hidupnya yang berantakan. Moriz adalah ketidakberaturan, Raina menenggelamkan wajahnya ke bantal.


FLASHBACK

"Masa anak saya satu kelas dengan anak pelacur itu, Bu. Saya memilih sekolah ini karena akreditasinya yang bagus. Bisa-bisanya anak saya sedejerat dengan dia."

Wanita tersebut melirik gadis yang duduk di pojok ruang sekolah. Seragam putih biru lusuh, pandangan menunduk serta sepatu tak layak pakai.

"Kalau dia masih disini, saya minta surat pindah!" Final wanita itu, mendorong kursi dengan kasar dan berjalan menuju area pintu, sengaja meludah didepan si gadis kecil.

ARCHIGOS [ PRE-ORDER ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang