10

484 92 9
                                    

"Uhmm... We want to... Talk, with you guys,"

Mereka berlima mengernyitkan dahi dan saling pandang satu sama lain.

"Why?" tanya Guanlin.

Gowon dan teman-temannya terdiam sebentar. Di wajah mereka tampak ada sedikit keraguan.

"As a vampire, we rarely say sorry. You must be so lucky because we want to say sorry to you guys. About everything that happened in the first game, we hope you can forget about it. Let's start a new story as a friend, shall we?" jelas Gowon.

Mendengar perkataan Gowon, mereka berlima hanya bisa menampilkan wajah bertanya-tanya. Bukankah ini terlalu tiba-tiba?

"But, why?" tanya Guanlin lagi.

Nancy menatap Guanlin dengan tatapan tidak suka, "Is it wrong to say sorry?"

Guanlin mendecak, "No, I mean, we just want to know the reason okay? Calm down,"

"Di game kedua ini, kita nggak bakal ngelawan satu sama lain. Kita di sini satu tim. Kalau kita sebagai tim masih ada rasa dendam, gimana mau jadi tim yang baik?" kata Yeji tegas.

"Angkatan sebelum kita udah buktiin kalau mereka bisa ngelupain semua dendam di game sebelumnya. Buktinya sampai sekarang mereka masih bisa bertahan. Harusnya kita bisa nyontoh mereka, bukannya memperburuk keadaan di sini," tambah Yeji lagi.

Semua orang langsung bungkam mendengar pernyataan tegas dari Yeji. Mereka memang sudah seharusnya melupakan semua dendam mereka.

"She's right. I think we should forgive them," bisik Haechan.

Bisikan Haechan bisa cukup terdengar oleh teman satu grupnya. Pada akhirnya, mereka semua mengangguk pelan.

"Let's write a new story from now on," kata Haechan.

Gowon dan teman-temannya pun tersenyum tipis. Mata merah mereka berkilat-kilat senang.

"Thank you,"

"Thank you,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BRAK!

"Heejin! Lo kenapa sih?!"

Setelah acara maaf-maafan tadi, mereka berlima kembali ke ruangan mereka.

Tapi, Heejin terlihat berbeda. Wajahnya lebih kusut dan tampak marah. Ia bahkan membanting pintu ruangan mereka yang sudah rapuh itu.

Heejin langsung berjalan ke samping jendela dan duduk di alasa tidurnya. Matanya menatap keluar jendela.

"Heejin!"

"APASIH?!" balas Heejin kesal.

Keempat temannya langsung melihat satu sama lain dengan heran. Ini memang bukan pertama kalinya Heejin menjadi sangat pemarah, tapi kali ini sifat pemarah itu muncul tanpa alasan jelas.

Mark menghela napasnya, "Kalian bertiga keluar dulu nggak papa kan? Gue mau ngomong sama Heejin dulu,"

Nakyung, Guanlin, dan Haechan mengangguk, "Take your time,"

Setelah ketiga temannya keluar dari ruangan itu, Mark berjalan mendekati Heejin. Tapi tiba-tiba saja Heejin menangis. Mark pun menjadi panik dan segera menghampiri Heejin.

"Heejin... Lo kenapa sih?" tanya Mark lembut.

Heejin mengacak rambutnya frustasi, "Gue nggak tau! Nggak tau! Gue nggak tau kenapa tiba-tiba marah trus nangis nggak jelas kayak gini!" jawab Heejin di sela-sela tangisnya.

Mark merangkul pundak Heejin dan menepuk-nepuknya pelan, "Shh... Udah tenangin diri lo dulu,"

"Mark..."

"Hm?"

Heejin mengusap air mata di ujung matanya, "Gue seakan nginget kilasan balik memori tadi,"

"Memori apa?"

Heejin terdiam sebentar dan menatap Mark dengan mata bengkaknya, "Kita... Pernah temenan jauh sebelum kita ketemu di IHS kan?"

Mark terdiam menatap Heejin. Dia benar-benar tidak bisa menjawab pertanyaan Heejin.

 Dia benar-benar tidak bisa menjawab pertanyaan Heejin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf ya kalo update nya pendek banget :')

Thx for your support~

[2] ATTACK's Series: SECOND ATTACK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang