42

338 68 5
                                    

"AAAAAA!!!"

Perempuan itu menatap pemandangan di sebelahnya dengan tatapan horor. Ia baru saja terbangun di tengah malam karena mencium bau aneh.

Dan ketika membuka matanya, ia langsung disuguhkan dengan sesuatu yang menakutkan.

Drap drap drap!

BRAK!

"Ada apa—astaga!"

Chaeryeong yang kebetulan malam itu harus mengecek kondisi ATCKers di ruangan divisi Healer, segera berlari mendekati objek yang membuat perempuan tadi berteriak histeris.

"Ryujin kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?!"

Chaeryeong segera membaca mantra untuk memanggil Jinsoul yang entah sekarang berada di mana.

Ryujin menggeleng. Wajah cantiknya tampak pucat pasi. Seluruh tubuhnya gemetar.

"A-aku tidak tahu. Aku baru saja bangun karena mencium bau aneh," kata Ryujin panik.

Chaeryeong menatap Ryujin yang masih shock. Bersamaan dengan itu, pintu ruangan divisi Healer terbuka.

Jinsoul, Somi, Haseul, Jaehwan, Nakyung, dan Taeyong masuk ke dalam ruangan itu. Mereka langsung terpaku melihat pemandangan di depan mereka.

"A-apa?" Jinsoul langsung berlari menghampiri Chaeryeong.

Lebih tepatnya, ia menghampiri objek di samping Chaeryeong. Ia menatap objek itu dengan tak percaya.

Han Jisung. Lelaki yang tadi siang ia bawa ke ruangan ini dengan sistem teleportasi. Lelaki yang tadi siang ia beri ramuan penangkal bisa. Lelaki yang tadi siang masih merintih kesakitan padanya. Lelaki yang tadi siang ia beri anesthetic supaya lebih tenang.

Tapi sekarang, tubuh lelaki itu kaku dan dingin. Mata kuning khas werewolfnya menatap kosong ke langit-langit ruangan.

Di bagian perutnya dapat dilihat dengan jelas, sebuah pisau yang menancap dan di celahnya darah mengalir tanpa henti.

"H-Han... K-kamu... HAN JISUNG!"

Jinsoul langsung menangis histeris di samping kasur Han. Ia mengusap pelan pisau yang masih menancap di perut lelaki itu.

Somi pun langsung meraih tubuh Jinsoul yang hampir ambruk dan memeluk perempuan itu.

"J-Jinsoul... Tenanglah," kata Somi sambil menahan isak tangisnya.

Jinsoul mengusap air matanya kasar, "Aku gagal. Lagi. AKU GAGAL!"

"Tidak. Kau tidak gagal. Ini sudah takdir. Jangan menyalahkan dirimu sendiri,"

"AKU SUDAH GAGAL MENYELAMATKAN DUA NYAWA DAN KAU BILANG ITU TAKDIR?!" balas Jinsoul sambil mendorong tubuh Somi.

Punggung Somi menabrak pinggiran kasur di belakangnya, membuatnya sedikit meringis nyeri.

Tapi melihat Jinsoul yang kembali menangis sambil berlutut di samping kasur Han, rasanya lebih sakit.

"Darimana kau dapatkan pisau itu... Darimana Han..." lirih Jinsoul.

Dia semakin menyalahkan dirinya sendiri. Ia pasti tidak menyingkirkan semua senjata tajam di sekitar Han dengan baik, jadi Han mengambil kesempatannya.

Seharusnya dia tidak meninggalkan ruangan Healer dan tetap mengawasi Han.

Kemudian ia malah teringat akan Kim Lip dan Sihyeon yang nyawanya juga tidak berhasil ia selamatkan.

Semuanya karena dia. Ini kesalahannya. Ia tidak bisa membuat mereka tetap hidup, setidaknya hingga mereka bisa bebas dari game ini.

"Maafkan aku... Maaf..." lirih Jinsoul yang sudah menggenggam tangan Han.

Sementara itu, tidak ada yang menyadari kalau dari balik pintu ruangan Healer, seseorang tengah mengawasi mereka.

Hanya dua yang sadar dan mereka saling tatap satu sama lain. Kemudian keduanya menolehkan kepala. Mata mereka bertemu dengan mata orang yang mengintip itu.

Mereka berdua menyeringai, "Nice job,"

Paginya, tubuh Han dikuburkan di samping makam Kim Lip dan Sihyeon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paginya, tubuh Han dikuburkan di samping makam Kim Lip dan Sihyeon. Para werewolf yang sekelompok dengan mereka benar-benar terpukul.

Sepertinya apa yang dikatakan legenda itu benar. Jika alpha dari suatu pack mengalami kejadian buruk atau bahkan mati, maka anggotanya juga akan mengalami hal yang sama.

Sekarang yang tersisa di pack itu hanyalah Onda dan Seungmin. Mereka menatap ketiga makam di depan mereka dengan miris.

Semua ATCKers menyampaikan rasa berduka mereka kepada kedua orang itu.

Mereka berharap tidak akan ada lagi yang mati setelah ini. Semoga ini yang terakhir kali.

Semakin siang, satu persatu para ATCKers mulai meninggalkan tempat itu. Hingga yang terakhir tentu saja Onda dan Seungmin.

Sebelum pergi, mereka menatap ketiga makam itu dengan senyum tipis meski air mata mengalir di pipi mereka.

"May the Moon Goddess bless you all," kata Seungmin.

Kemudian keduanya berjalan menjauh dari tempat itu.

Oh, tapi siapa kira. Ternyata mereka bukan yang terakhir untuk meninggalkan tempat itu.

"I know you did it, right?"

Yang satunya tersenyum miring, "Of course,"

"I'm kinda mad that he take those two with him,"

"That traitor. He can't beat us. We absolutely win this game,"

Orang itu pun tersenyum bangga, "Loud and clear. Those dumb people. They forgot the point that those are part of our system and we controlled them,"

Orang itu berdecih remeh, "Let's see how they play this game,"

Double update karena lagi mood :) jadi gimana? Udah dapet clue mungkin :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Double update karena lagi mood :) jadi gimana? Udah dapet clue mungkin :v

Thx for ur support, jaga kesehatan <3

[2] ATTACK's Series: SECOND ATTACK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang