"Aaargh!!!"
Heejin sontak membuka matanya, ketika merasakan tubuhnya ditarik dari belakang dan dipeluk.
Ia mendongakkan kepala dan menatap orang yang sudah menariknya itu.
"Haechan..." kata Heejin pelan.
Haechan hanya tersenyum sambil meringis menahan sakit. Heejin pun meraba bagian punggung Haechan dan merasakan suatu cairan yang kental di punggung lelaki itu.
Ketika Heejin mengangkat tangannya untuk melihat cairan apa itu, Heejin terbelalak. Meski sekitarnya gelap, Heejin tahu kalau tangannya dipenuhi darah.
Ia melepas pelukan Haechan dan memegang bahu lelaki itu, "H-Haechan? Lo nggak papa? Chan?"
Kemudian Heejin menatap Hyunjin yang sedari tadi menatap mereka berdua dengan tatapan datar. Samar-samar Heejin bisa melihat di tangan kanannya terdapat sebilah pisau dengan darah bercucuran.
"Hyunjin... Lo—"
Hyunjin memasukkan pisaunya dan menatap Heejin, "Kamu salah paham,"
Heejin mengernyitkan dahinya. Belum sempat ia ingin bertanya apa maksud lelaki itu, Hyunjin sudah berbalik hendak pergi.
"Hwang Hyunjin!" panggil Heejin.
Hyunjin berhenti. Kemudian ia menolehkan kepalanya, menatap Heejin cukup lama.
"Never trust anyone," kemudian Heejin bisa melihat di mata kiri Hyunjin muncul lingkaran putih dan akhirnya lelaki itu menghilang.
Setelah kepergian Hyunjin, Heejin kembali memeriksa keadaan Haechan yang masih meringis menahan sakit.
"Chan? Lo nggak papa? Kuat jalan nggak? Kita balik ke Central ya..."
"Sssh... Bentar jin. Perih, lemes gue," kata Haechan pelan.
Heejin panik. Ia harus segera membawa Haechan ke Central, takutnya lelaki itu bisa kehilangan banyak darah.
Kemudian Heejin teringat pada Gowon. Ia bisa bertelepati dengan temannya itu. Semoga saja Gowon belum tidur. Oh ralat, akting tidur maksudnya.
"Park Gowon,"
Tidak ada balasan dari Gowon. Hal itu membuat Heejin semakin panik. Apalagi sekarang Haechan mulai bertumpu pada tubuhnya. Keringat dingin mulai mengucur di dahi lelaki itu.
"Park Gowon!"
Heejin mencoba sekali lagi. Sambil terus berharap Gowon akan menjawab telepatinya—
"Heejin?"
Heejin langsung tersenyum senang, "Gowon kamu bisa ke hutan sekarang?"
"Hah? Kenapa?"
"Tolong bantu aku. Aku di hutan bersama Haechan. Dia terluka, kita harus segera membawanya ke Central,"
"Apa yang kalian lakukan di hutan malam-malam begini? Jangan-jangan kalian... Hmm..."
"HEH! Pikiranmu won. Nanti kujelaskan. Sekarang cepat kesini,"
"Kasar,"
Bersamaan dengan telepati terakhirnya, Gowon muncul di samping mereka berdua.
"Ugh... Bau darahnya," keluh Gowon.
Heejin langsung menatap Gowon horor, "Hih won. K-kamu bisa tahan kan?"
Gowon tertawa kecil, "Aku sudah kenyang kok, tenang saja,"
Kemudian Gowon berjalan mendekati Heejin dan Haechan. Setelah memegang tangan keduanya, Gowon berteleportasi langsung ke ruangan divisi Healer.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] ATTACK's Series: SECOND ATTACK ✔
Fanfic[红] Second Book of ATTACK's Series "There always be a second chance. Can we save them?" Permainan ini belum selesai. Mereka masih memiliki kesempatan, untuk membawa teman mereka kembali. Tapi apakah benar itu tujuan utama dari permainan kedua ini? (...