68

3.1K 325 69
                                    

Suasana menjadi hening setelah Haechan mengatakan itu.

"BOHONG.. LO GAK AKAN MATI KAN BANG, ENGGAK.." tolak Mayra yang telah berderai air mata.

"Benar kok resiko nya nyawa gue." Balas Haechan.

"Lo juga harus kembali! Lo mau ninggalin gue sendiri bang? Cuma lo keluarga yang gue punya, gue gak mau kehilangan lagi."

Mayra menunduk sembari terisak.

"Chan gak ada cara lain? Jadi resiko nya bukan nyawa lo." Sahut Johnny yang tak tega melihat Mayra.

"Gak ada itu satu-satu nya cara dan keputusan gue udah bulat."

"Kenapa lo egois hah? Mengambil keputusan sendiri padahal lo bisa rundingin sama yang lain dulu!" Kata Doyoung sewot.

"Iya gue emang egois. Egois ingin kalian semua kembali, lebih baik mengorbankan satu nyawa kan tapi banyak nyawa yang selamat dari pada sebaliknya." Haechan tersenyum namun tatapannya sendu.

"Gue itu cuma wadah. Wadah yang menampung kekuatan kalian untuk disatukan, setelah selesai wadah itu akan hancur dengan sendiri nya." Lanjut Haechan.

"Gue gak mau kehilangan lo bang.." ucap Mayra lirih.

Haechan mendekap Mayra dalam pelukannya.

"Lo harus tetap hidup, harus bahagia biar gue yang bertugas melindungi lo dan yang lain, biar gue yang berkorban asal kalian kembali dengan selamat." Kata Haechan lembut.

Mayra menangis dipelukan Haechan.

Yang lain menatap sendu dua saudara sepupu itu.

"Gue sayang sama lo May." Ucap lembut Haechan sembari mengecup kening Mayra.

Haechan juga meneteskan air mata dalam diam.

Sebenarnya ia juga tak mau meninggalkan sang adik sendiri tapi cuma ini cara agar mereka semua selamat dan kembali.

Haechan akan lakukan itu, Haechan akan berkorban asal mereka bisa kembali lagi.

Karena dari awal Haechan tau, ia hanya wadah yang akan hancur bila waktu nya tiba.

Nadi menatap sendu Mayra dan Haechan.

Lalu ia merasakan tangannya digenggam seseorang.

Nadi menoleh ternyata pelakunya adalah Jisung, sang adik.

Jisung tersenyum manis ke Nadi.

"Gue akan lindungin lo mba." Bisik Jisung lembut.

Tapi yang Nadi rasakan kekhawatiran.

"Kalau gue mati lo yang gantiin posisi leader ya!"

Taeyong menepuk pelan bahu kanan Kun.

"Kau tak akan mati dan jangan berkata seperti itu."

Taeyong hanya tersenyum mendengar ucapan Kun.

Tiba-tiba langit yang sebelumnya cerah berubah menjadi gelap.

Awan mengumpul membentuk pusaran.

"Udah waktunya." Kata Haechan.

"Waktunya apa?" Tanya Nana.

"Perang." Balas Haechan lalu memejamkan mata.

Dalam sekejap pakaian mereka semua berubah menjadi kostum mereka di dunia tersebut.

Senjata mereka juga tampak bersinar dengan warna kekuatan masing-masing.

"Chan ini lo yang lakuin?" Tanya Xiaojun.

WAKE UP | NCT-WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang