18: Hukuman
°°°
"Istirahat di tempaaaaat! Gerak!!" seru pemimpin barisan."Varo istirahat di tempat!" seru pak Hartono yang melihat dari samping bahwa Varo tidak melaksanakan perintah itu.
"Ganti deh, Pak. Istirahat di kantiiiiiiin, gerak!! Gitu, Pak."
Semua siswa yang dihukum tertawa mendengarnya. Pak Hartono hanya menggelengkan kepalanya sabar.
Upacara memang telah usai beberapa menit yang lalu dan pak Hartono segera menyiapkan siswa-siswa ini untuk menjalankan hukuman mereka. Sementara siswa lain sudah masuk kelas masing-masing.
Terpaksa sekali Varo berpaans-panasan di bawah terik matahari bersama yang lainnya karena memang mereka tidak taat peraturan saat upacara.
"DIAM!!"
Tidak ada suara yang berbicara mereka terdiam, meskipun masih menahan tawa agar tidak meledak.
Guru botak itu mengelus kumis tebalnya. Dia berjalan di depan siswa-siswi yang sedang baris itu. "Minggu kemaren udah saya bilangin, jangan lupa bawa topi atau atribut lainnya! Lah, kok hari ini tambah banyak aja? Gimana ceritanya?! Kalian lupa bawa?!"
"Iya, Pak," sahut suara beberapa siswa dengan lirih.
"Lupa itu bukan alesan, ya!" tegasnya.
Semuanya langsung terdiam. Namun ada suara yang memecahkan keheningan itu.
"Lah terus, pak Hartono sendiri gak pake topi? Botak mencling gitu kalo kena matahari jadi berkilau, Pak. Makanya rajin pake sampo, Pak, biar gak kayak ipin."
Natasya memutar bola matanya. Ia jadi malu sendiri karena tingkah Varo itu. Padahal leluconnya sungguh tidak lucu, namun yang lain dengan mudahnya tertawa.
"Varo! Kamu lama-lama saya laporin bu Wiwik, mau?" ancam pak Hartono.
"Orangnya suruh ke sini aja, Pak. Saya mager ke BK," balas Varo sambil ngupil.
Sabar, Hartono! Untung dia anak orang kaya kalo engga udah saya keluarin dari sini. batinnya.
Varo kemudian mencabut jarinya dari hidungnya dan kemudian mengarahkan jarinya kepada pak Hartono. "Pak, mau upil?"
Para siswa langsung ketawa lagi. Ada-ada saja tingkah konyolnya itu. Mereka diam-diam memberikan jempolnya kepada Varo karena dengan beraninya berbuat seperti itu kepada guru killer itu.
Guru itu meliriknya. "Gak! Buat kamu aja!"
"Yah padahal gurih," ujarnya membuat mereka ketawa lagi. Dia kemudian berjongkok dan membuang upilnya di atas pafing. Yang lain menggelengkan kepala.
"Sekarang saya akan bagi hukumannya masing-masing! Terutama kamu Varo, yang suka banget jadi langganan kalo dihukum pas upacara!"
"Oh siap, Pak. Laksanakan!!" seru Varo sambil berhormat bak seorang pemimpin upacara.
Dasar anak iblis! batin guru itu lagi.
"Buruan, Pak, pegel nih."
Pak Hartono hanya menatapnya jengah. "Buat barisan kanan, bersihin toilet. Buat yang kiri silakan bersihin taman belakang sekolah. Jelas?!"
"Jelaaaaaas," kata mereka lemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALVALERRON ✓ [TERBIT]
Teen FictionVaro itu bandel, bad boy, kadang mesum, urakan, nakal, ketua gankster, dan suka jailin guru. Natasya itu jutek, pendek, imut, dan suka jadi bahan jailan Varo. Varo sama Natasya itu rival. SEKALI LAGI RIVAL, OKE?! Tapi kenapa mereka jadi deket terus...