05: Enemy

21.7K 1.7K 603
                                    

05: Enemy

°°°

Natasya berangkat lebih awal hari ini. Tujuan utamanya ingin menyontek pr yang belum ia sentuh sama sekali.

Tadi malam dia memang menghabiskan waktu dengan berkutat bersama laptop kesayangannya itu. Tentu saja menonton film remaja. Hobi yang memang ia rutin jalani selain membaca Wattpad.

"Tumben amat lo dateng awal? Kesambet apa lo?" tanya Reva, teman sekelasnya.

Yang ditanya nyengir kuda. Natasya memang lebih sering berangkat siang mepet waktu gerbang akan segera ditutup. Ia tidak suka berangkat awal ke sekolah. Maka tidak heran kemaren ia sempat dihukum bu Rani untuk mengembalikan buku ke perpustakaan.

"Anu ... gue mau nyontek pr, Va. Hehe. Lo udah?"

"Matematik maksud lo?" tanya Reva.

"Iya itu."

"Berhubung gue lagi baik, gue kasih contekan deh ke lo." katanya sambil menyerahkan sebuah buku dengan sampul hello kitty kepada Natasya.

Dengan penuh suka cita, dirinya menepuk lengan Reva. "Sip, Va. Panutan deh."

Reva hanya manggut-manggut. Lalu melanjutkan piketnya yang sempat tertunda.

Sambil mencatat hasil contekan dari Reva, Natasya menyalakan musik di handphone-nya. Kebiasaan jika sedang mencatat sesuatu, telinganya pasti harus disumpal dengan earphone sambil mendengarkan musik barat.

Ini masih pukul 06:10. Maklum jika hanya ada beberapa orang di kelasnya saat ini. Kebanyakan siswa juga selalu berangkat siang sepertinya. Karena pada dasarnya, berangkat ke sekolah terlalu pagi membuat mereka bosan karena suasana sepi.

Namun, itu ditolak keras bagi siswa-siswa dalam kategori pintar. Pasti mereka lebih suka berangkat awal, karena selain tidak kena semprot bu Wiwik dan pak Agus, mereka bisa memanfaatkan waktunya untuk belajar materi apa yang akan mereka pelajari hari itu.

Saat sedang enak-enak menikmati lagu, Arga tiba-tiba datang ke dalam kelas Natasya dan membuatnya setengah kaget.

"Arga? Lo ngapain ke sini? Lo udah berangkat?" tanya Natasya yang sedikit terkejut karena kehadiran cowok itu.

"Udah, Nat," katanya sambil duduk di depan kursi Natasya, "lo kemaren dateng ke rumah gue, ya?"

Yang ditanya mengangguk. Mengiyakan pertanyaan sang cowok meskipun sekarang tidak ada senyuman apapun yang dikeluarkan Natasya jika bertemu ketos ganteng ini.

"Maaf, Nat. Gue ada kerja kelompok sama temen-temen," kata Arga.

Natasya masih bergeming. "Jadi? Sebenernya lo kemaren itu kerkom atau ke rumah omah lo?" ia menjawab tanpa melihat wajah Arga.

Arga gelagapan. "Nggg ... S-sebenernya kerkom, soalnya gue ngiranya lo ga ke rumah gue. Jadi, ya gue ngomong ke lo itu l-lagi di rumah omah."

Seketika terjadi keheningan di antara mereka berdua. Natasya masih sibuk mencatat pr Reva di bukunya. Hanya ada suara hembusan napas lalu decitan coretan tinta di atas kertas.

"Nat?"

"Iya, Ga?" ujar Natasya, "ya udah gitu aja. Lain kali kalo ada kerkom ya bilang aja, biar gue gak capek-capek ke rumah lo. Harusnya yang namanya kerkom itu, perjanjian sama kelompok lo. Masak bisa ada kerkom dadakan?"

Perkataan Natasya langsung membuat Arga tercengang. Saat ini cewek itu membuatnya skakmat setengah mati. Tidak dapat menjawab perkataan lawan bicaranya.

ALVALERRON ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang