12: Gudang

13.4K 1.2K 420
                                    

12: Gudang

°°°

"Cepetan masuk!"

BRUKK!!

"Aaaww!! Kaki gue masih sakit. Ssshh," rintihnya.

Ketiga cewek di depannya tertawa senang. Salah satu dari mereka melangkah perlahan ke arah Natasya yang masih terduduk di lantai gudang yang kotor ini.

"Lo Natasya Bowie, kan? Kelas XI IPS 2?" tanya cewek berambut ikal.

Yang ditanya mengangguk samar-samar. Ia sekarang takut karena mereka bertiga membawanya ke sini. Entah apa maksud dan tujuannya.

Natasya juga sedikit ketakutan karena mereka sepertinya memiliki maksud yang jelek kepadanya.

"Lo kenal gue siapa?!" tanya cewek berbadan paling seksi di antara mereka. Dan cewek itu memakai rok di atas selutut dan baju ketat sekali.

Perlahan, Natasya mengangguk.

Cewek berbaju ketat itu menarik paksa dagu Natasya.

"Lo M-Maudy Caroline, kan?"

"Pinter!" Tangannya melepaskan cekalannya dengan kasar pada dagu Natasya.

Natasya meringis. "L-lo ngapain bawa gue ke sini, Dy?"

Dia berdiri lalu mengelap tangannya ke rok mininya. Seakan merasa jijik karena telah menyentuh dagu Natasya.

"Girls, angkat dia dan ikat di kursi!" perintahnya.

"Lo mau ngapain, Dy?!" seru Natasya.

Kedua temannya mengangguk lalu mengangkat paksa Natasya dari lantai lalu mendudukkan dia di kursi tua yang sangat rapuh. Mereka mengambil sebuah tali yang cukup panjang lalu mengikatnya di kursi.

"Bagus!"

Natasya memberontak. Namun ikatannya sangat kencang membuatnya tidak bisa lepas. "Lepasin gue, Maudy! Atau gue laporin kalian semua ke Arga dan guru BK?!"

Mereka tertawa.

"Lo berani laporin kita ke mereka, lo bakal kena akibatnya!" Maudy mendekatkan wajahnya ke telinga Natasya, "Lo bisa gue jual ke om-om di Starnight atau gue bisa kasih badan lo ke cowok-cowok di luar sana! Mau lo, hah?!!"

Kini Natasya terdiam. Badannya bergetar hebat. Ia belum pernah sekalipun di-bully sampai seperti ini. Bahkan, mungkin tidak akan ada orang yang menolongnya karena gudang sekolah jauh dari kelas-kelas siswa.

Ya. Gudang letaknya di belakang sekolah paling ujung. Tapi lumayan dekat dengan kantin sekolah. Tapi siapapun yang ingin melewati gudang pasti tidak berani seorang diri karena lorongnya yang gelap dan bau.

"Jawab, bego! Jangan diem aja! Bisu lo, hah?!" bentak Maudy.

"Udahlah, Dy. Enaknya nih cewek genit dikasih pelajaran aja! Biar tau rasa!" ucap Aurel.

"Ra, mana gunting yang lo bawa tadi?!"

Cewek yang dipanggil Ra itu tersenyum miring, ia merogoh sakunya. Setelah mendapatkan benda tajam itu, Yura menyerahkannya kepada Maudy.

Maudy menyeringai licik. "Bagus! Lo liat apa yang gue bisa lakuin supaya lo gak deket-deket Alvalerron lagi! Varo. Cuman. Milik. Gue!!" serunya.

"Lo mau ngapain, Dy?! Lepasin gue, plis. Gue gak ada masalah sama kalian bertiga."

Maudy semakin mendekati Natasya. Gunting itu sudah bertengger tepat di depan lehernya. "Diam atau ini akan nusuk leher lo!!"

Glek!

ALVALERRON ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang