50: Vano Sadar
°°°
"Vano?"
Cowok di atas brankar itu membuka matanya perlahan. Dia menatap setiap penjuru ruangan berbau obat ini. Banyak sekali orang-orang yang tidak dikenalnya itu mengerumun. Yang dia kenal hanya kembarannya---Varo.
"Permisi," ujar dokter yang baru saja masuk bersama Tari, mamanya. Dokter muda itu memeriksa Vano dengan stetoskopnya.
"Gimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Tari dengan nada keibuan.
Dokter itu melepas stetoskop dari kedua telinga. "Denyut jantungnya sudah lumayan normal kembali, dan ... mungkin dia sudah sedikit stabil. Saya tinggal dulu ya, Bu, mau meriksa pasien yang lainnya."
"Iya, Dok. Makasih ya, Dok."
"Iya, Bu, sama-sama," katanya sembari melangkah keluar ruangan.
"V-Vano? Kamu sadar? Kamu udah enakan, kan?" tanya Tari sambil mengelus rambut putra sulungnya dan mencium keningnya.
"Iya, Ma. Aku baik-baik aja, kok."
Suara itu sangat mirip dengan suara Varo. Teman-temannya hampir tidak bisa membedakannya karena saking kembarnya.
"I-ini kok rame banget, Ma? Mereka siapa?" Vano menatap teman-teman Varo satu persatu.
Tari mengusap air mata di pelupuk matanya, sementara Varo mengelus punggung Tari untuk menenangkannya.
"Kenalin," Tari membawa Natasya ke hadapan Vano, dengan percaya diri dia berkata, "ini Natasya. Calon mantu mama."
"Hahaha." Mereka ketawa.
"P-pacarnya Varo maksud mama?" tanya Vano.
"Iya. Cantik gak? Kayak artis Korea, yaa?" kekehnya. Padahal Natasya blasteran Indonesia-Thailand. Sama sekali tidak ada darah Korea di tubuhnya.
"H-hai. Gue Vano, kembarannya pacar lo." Vano menjulurkan tangannya supaya Natasya bersalaman dengannya.
"Gue Natasya. Salam kenal."
Mereka bersalaman lama sambil bertatapan, dan sontak Varo langsung memisahkan tangan mereka berdua. Yang lain menggelengkan kepalanya sambil terkekeh.
"Jangan lama-lama! Bukan muhrim!" seru Varo mlepaskan tangan keduanya.
"HAHAHA! SA AE LO UPIL CICAK!" seru Aldi.
"Sendirinya aja sering berduaan di tempat sepi. Giliran kembarannya salaman sama Natasya udah mutung. Posesif lo supri!" seru Riki dan diterawakan mereka semua.
Varo garuk-garuk kepalanya.
Vano berdehem. Selalu begini jika masalah cewek. Varo memang tidak mau berbagi dan cenderung posesif jika soal cewek, meskipun kepada saudaranya sendiri. "Gak akan gue rebut kok, sans aja napa, Ro. Btw, gue kangen sama lo deh."
Varo menatap Vano lagi. "GUE JUGA, BANGGG!"
PLUK!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVALERRON ✓ [TERBIT]
Ficção AdolescenteVaro itu bandel, bad boy, kadang mesum, urakan, nakal, ketua gankster, dan suka jailin guru. Natasya itu jutek, pendek, imut, dan suka jadi bahan jailan Varo. Varo sama Natasya itu rival. SEKALI LAGI RIVAL, OKE?! Tapi kenapa mereka jadi deket terus...