41: Bolos (?)

11K 971 209
                                    

41: Bolos (?)

°°°

Paginya, seperti janji Varo kepada Natasya, ia menjemput cewek itu di rumahnya. Tentunya kejadian semalam tidak mereka ceritakan kepada orang rumah. Bisa-bisa jika Lisa diberi tahu, mungkin akan ada orang suruhannya untuk menindaklanjuti kejadian itu.

"Varo mau sarapan dulu gak, nih?" tanya Lisa di ambang pintu.

Varo dengan sopan menggeleng. "Nggak usah deh, Tan. Udah kenyang, abis makan angin."

Natasya melirik cowok itu. "Angin kok dimakan. Awas masuk angin."

"Gak apa-apa, biar kamu jengukin aku."

Natasya tertawa. Itu lebih karena heran dengan Varo yang tiba-tiba menggunakan aku-kamu di antara mereka.

"Udah ah. Yuk berangkat. Berangkat dulu ya, Mi."

"Iya ... hati-hati ya!"

Lisa tersenyum melihat Natasya bahagia. Ia ingin sekali melihat putrinya sebahagia itu dengan cowok yang dia cintai. Perlahan, ingatannya langsung teringat pada masa mudanya bersama mendiang ayahnya Natasya.

"Semoga kalian selalu bahagia."

Ckrek.

"Natasya," panggil Varo di atas motornya.

Natasya yang sedang memeluk Varo dari belakang itu mendongak, mencoba melihat wajah Varo dari belakang. "Iya kenapa?"

"Gue tadi ditelpon Amanda. Katanya dia lagi sakit, jadi gak bisa sekolah," ujarnya.

"Hah? Amanda sakit? Ya ampun kasian banget dia. Apa karena kejadian tadi malem?"

Yang ditanya mengangkat bahu tanda tidak tahu menahu. "Kayaknya sih gitu. Makanya ... nanti gue mau jengukin dia. Lo ... bisa pulang sendiri, kan?"

Natasya tercengang. Tidak tahu mengapa sulit rasanya dia menjawab pertanyaan itu. Apalagi pernyataannya adalah Varo akan menjenguk Amanda. Sendirian lagi.

"Ke sana sendiri?" tanyanya lagi.

"I ... iya. Tadi di telepon dia bilang mau ngomong sesuatu. Katanya ... cuman gue doang yang boleh tau. Gue gak tau dia mau ngomong apaan."

"Oh."

Sedikit merasa tidak enak, Varo berkata lagi, "B-boleh, gak?"

Natasya terdiam.

Lalu dia pura-pura tertawa meskipun canggung. "Ya .. ya boleh, dong. Lagian lo aneh banget sih, Ro. Gue kan bukan siapa-siapa lo, gak usah ijin juga gue maklumin. Kan Amanda sahabat lo. Mungkin aja dia mau bilang sesuatu yang penting ke sahabatnya. Hehehe."

"Beneran nih gak apa-apa?"

"I-iya."

Padahal gue penginnya lo cemburu. Biar gue tau perasaan lo yang sebenernya ke gue tuh gimana. batin Varo.

"Ya udah. M-makasi ya udah ngijinin gue. Lo bisa kan ... pulang naik taksi atau nebeng Joya sama Louis?"

"Iya. Bisa. Kalem aja kalem. Hehehe."

Varo menaikkan alisnya lalu menghembuskan napasnya gusar. Sepertinya Natasya tidak peka. Ataukah dia menutupi sesuatu dalam hatinya?

Entahlah.

ALVALERRON ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang