46: Berubah?

11.2K 914 121
                                    

46: Berubah?

°°°

"TELAT LAGI! TELAT LAGI! TELAT LAGI! KEMAREN BOLOS, SEKARANG TELAT! MANA SURAT IJINNYA YANG KAMU BILANG MAU KIRIM KE SAYA HARI INI, VARO?!" seru bu Wiwik di depan gerbang sekolah. Dia mengayunkan rotan panjangnya yang digunakan sebagai senjata yang sejak dulu dia gunakan untuk menakut-nakuti murid-murid.

Mampus gue! rutuk Natasya dalam hati. Dia menepuk dahinya, karena Varo dia pasti akan ikut diomelin juga oleh bu Wiwik.

Hari ini mereka memang telat 3 menit setelah bel berbunyi, dan di depan gerbang rupanya sudah ada bu Wiwik dan pak Hadi---satpam sekolahan yang hobi keliling sekolah untuk mencari tahu apakah ada siswa yang bolos atau tidak.

"Hehehe," cengir Varo tanpa takut sama sekali.

"He he he he!" ejek bu Wiwik, "MANA SURATNYA?! GAK BIKIN?! LUPA?!" serunya.

"Ng ... itu, Bu. Hehe. Ke-ketinggalan! Iya ketinggalan. Iya kan, Nat?" Varo menyenggol sikut Natasya supaya cewek itu membelanya.

"I-i-iya, Bu."

"ALASAN TERUS!! KEMAREN MAKSUD KAMU APAAN PAKE IJIN LEWAT CCTV? GELO MANEH TEH!"

Varo menahan tawanya dengan melipat kedua bibirnya ke dalam. Itu tandanya bu Wiwik memang sudah melihat CCTV kemarin.

"Udah liat ya, Bu? Gimana, Bu, gimana? Di CCTV saya ganteng gak, Bu?" ledek Varo supaya bu Wiwik semakin naik pitam.

"HEH!! GANTENG DARI MANA? GANTENGAN JUGA ORANG GILA PEREMPATAN SANA!" serunya.

"Seleranya rendahan banget, Bu. Saya kembaran Manurios, lho."

"BODO AMAT!" serunya, "SEKARANG KALIAN BERDUA KE LAPANGAN!! HORMAT KE BENDERA KEBANGSAAN KITA SAMPAI BEL ISTIRAHAT BUNYI!"

Natasya melongo. "H-hah?! Hormat? Bu ... tapi---"

"APA HAH?! MAU SAYA SURUH HORMAT ATAU LARI DENGAN SATU KAKI?!" bentaknya lagi membuat mereka berdua tersentak.

Mereka bertatapan, lalu serempak berseru, "HORMAT!"

"LAKSANAKAN!!!!"

Kedua anak adam itu berlari dengan bergandeng tangan menuju ke lapangan. Namun---

"BERHENTI!"

Mereka berhenti dan menoleh ke belakang. "Apa lagi sih, bu Wikwik yang aduhai dan seksay?"

"Jangan bawa tas! Titipin ke pak Hadi!" perintahnya lagi.

Amit-amit guru sinden satu ini! batin Varo. Bu Wiwik memang selalu berkonde, karena itu Varo menyebutnya guru sinden. Apalagi dandanannya yang sudah seperti lenong, entah berapa kali guru killer itu memakaikan bedak ke wajahnya.

Mereka akhirnya berbalik dan menaruh kedua tasnya di bawah pak Hadi, membuat satpam itu sedikit dongkol.

"SANA!"

"SIAP LAKSANAKAN!"

Mereka berlari lagi dengan bergandengan tangan. Sudah seperti orang berpacaran.

Ini masih pukul 07:15, masih ada beberapa siswa yang mengobrol di gazebo dan depan kelas masing-masing. Mereka langsung melihat ke arah di mana Varo dan Natasya berlarian dengan bergandengan.

"Eh itu Alvalerron?"

"Sama Natasya lagi? Makin nempel mulu mereka, ya?"

ALVALERRON ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang